Rasanya tidaklah salah dan terlalu berlebihan bila mencermati judul artikel di atas perihal kebenarannya.Â
Mau diakui dan disadari atau tidak, dalam praktiknya pasti ada unsur tersebut dalam berinteraksi digital pada semua aspek kehidupan ini.
Masih ingatkah kita dengan kasus Enzo Allie pada tahun 2019?Â
Dia adalah seorang pemuda keturunan Perancis yang sudah diterima menjadi Taruna di Akademi Militer Magelang.
Baca Juga : Angkatan Siber Sebagai Angkatan Kelima, Penting tapi Tidak Perlu.
Namun segera menjadi viral setelah seseorang berani mengunggah foto dirinya yang sedang mengibarkan bendera yang digunakan sebagai simbol oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yaitu organisasi yang dilarang Pemerintah Indonesia karena dianggap bertentangan dengan Pancasila.
Meskipun sudah dihapus dari halaman akun Facebook Enzo, tapi jejak digital tidak pernah bisa hilang dan terlanjur menyebar. Akibatnya, pro dan kontra akan nasib Enzo menjadi polemik tak berkepastian selama beberapa pekan.
Untungnya, ada jaminan dari pihak Angkatan Bersenjata Republik Indonesia bahwa semua sudah sesuai prosedur dan Enzo tetap bisa mengikuti pendidikan militernya untuk menjadi seorang calon perwira.
Belajar dari kasus tersebut, sebetulnya apa saja yang kita tampilkan dan unggah di akun media sosial (Medsos) yang kita miliki seperti komentar, foto, artikel, link yang kita pernah share adalah cerminan akan diri kita yang sesungguhnya.
Mengapa bisa begitu?