Saya mencoba menempatkan diri saya menjadi Pak Nadiem Makarim dan berusaha untuk mengeksplor masuk ke dalam pikiran beliau dengan adanya ide tentang wacana Marketplace tersebut dan berusaha berpikir positif akan akan tujuan mulianya.
Dinarasikan bahwa bila ada Marketplace guru, pihak sekolah bisa langsung merekrut mereka setelah melihat kompetensi dan prestasi capaiannya tanpa menunggu dari pusat sesuai kebutuhan saat itu juga.
Semudah itukah? Bagaimana dengan gajinya? Siapa yang menanggung? Apakah otomatis menjadi ASN? Â Tentu saja hal itu akan menimbulkan banyak pertanyaan pada pembahasan selanjutnya. Ditakutkan, semua itu hanya akan indah pada teorinya tapi sulit pada implementasinya.
Guru yang sudah berstatus pegawai negeri (ASN) pun secara implisit, sebenarnya juga sudah ter-marketplace-kan. Database individu guru sudah ada dalam aplikasi E-Master, SIMPeg, SIM PKB, PaDaMu NeGeRi, dan Dapodik serta aplikasi lainnya.
Semua prestasi, jenjang pendidikan, riwayat penugasan, pangkat, tugas tambahan dan piagam penghargaan serta sertifikat DikLat (Pendidikan dan latihan) yang diikutinya telah tertuang secara lengkap dan rinci di dalamnya.
Tetapi mengapa data tersebut (hampir) tidak juga dijadikan sebagai dasar pertimbangan akan peningkatan karir ke jenjang mereka berikutnya?
Masalahnya di mana?
Jujur, sebenarnya permasalahan utamanya terletak pada manajemen pengelolaan Sumber Daya Manuasia (SDM). Harusnya, analisa kebutuhan pegawai, analisa jabatan, dan analisa tujuan untuk jangka pendek, menengah dan panjang dalam dunia pendidikan menjadi proritas utama oleh semua pihak pembuat kebijakan.
Dikawatirkan bila terjadi adanya ketidakpastian pada kelayakan penghasilan sebagai pengganti bentuk penghargaan guru honorer sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu diabaikan, kelak dunia pendidikan kita akan kekurangan guru yang berkualitas.Â
Generasi muda yang saat ini rata-rata cerdas, pandai, kreatif dan hebat berprestasi dimungkinkan akan ragu dan gamang untuk memiliki cita-cita menjadi guru.
Bisa jadi profesi itu tetap dianggap sebagai satu profesi mulia namun sayangnya semakin tidak diminati di masa mendatang karena rendahnya penghargaan secara status dan penghasilan.