Saat Anda mengenakan pakaian hanbok bersama ratusan pengunjung dari belahan dunia dan berada di lingkungan istana yang masih terlihat orosinil itu, rasanya ada yang menyedot pikiran dan jiwa Anda dalam lorong waktu untuk berimajinasi kembali dan hidup di masyarakat Joseon pada abad 16.
Bisakah jasa sewa pakaian di destinasi wisata di Korea Selatan tersebut untuk diitiru atau diadopsi di Indonesia?
Jika ada pertanyaan seperti tersebut di atas haruslah dipahami dulu, bahwa :
Pertama, Makna kata "ditiru" di atas adalah pada ide dasarnya, yaitu sewa pakaian tradisional pada lokasi wisata atau satu tempat.Â
Katakanlah kita berkunjung ke Bali sebagai contoh, adakah pakaian kerajaan di sana yang bisa dikenakan untuk para pengunjung?
Bila datang ke candi atau suku pedalaman di Sumatera atau Kalimantan, bisakah ide sewa pakaian tradisionalnya untuk diwujudkan di destinasi di sana?
Kedua. Makna "adopsi", sebenarnya berlaku untuk pengesahan secara hukum atas pengakuan akan anak orang lain, tapi pada konteks di sini, ide sewa pakaian negara lain dibawa secara utuh dan diterapkan di negara si pembawa.
Seperti budaya, baju hanbok, nuansa negeri ginseng di bawa ke sini atau baju Kimono, Jepang, banyak ada di beberapa destinasi wisata di tanah air kita.Â
Mereka umumnya tidak hanya menyediakan photo booth untuk ber-selfie ria demi konten medsos para pengunjungnya.
Termasuk bangunan sebagai icon ciri khas negara lain juga banyak dibangun di tanah air, seperti menara Eiffel, Tokyo Tower, Piramid, Patung Merlion, atau Liberty.Â