Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dejima: Kenapa Jepang Tidak Pernah Dijajah Belanda?

23 Mei 2023   13:23 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:09 3567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana perdagangan Jepang dan Belanda di Dejima, Nagasaki. Lokasi Museum Dejima. Foto dokpri.

Dalam beberapa kesempatan di saat bebas jam kuliah di Universitas Nagasaki, saya sering mengunjungi Hamanomachi, yaitu icon yang menjadi lokasi shopping center di pusat kota meskipun terletak dekat dengan pelabuhan.

Namun dari banyak tempat dan bangunan yang menarik lainnya, justru pikiran saya terfokus pada banyaknya arsitektur bangunan Belanda yang masih berdiri dan terawat sampai sekarang, seperti Glover Garden dan Dejima.

Miniatur bangunan rumah untuk orang Belanda di Dejima, Nagasaki, Jepang. Foto Dokpri
Miniatur bangunan rumah untuk orang Belanda di Dejima, Nagasaki, Jepang. Foto Dokpri
Banyak hal yang menjadikan perenungan setelah melihat miniatur bangunan Dejima dan itu menjawab kegalauan saya.

Jadi, mengapa banyak bangsa asing seperti Rusia, Amerika, China, Portugis dan Belanda yang pernah datang ke Jepang namun mereka semua tidak mampu untuk menjajahnya?

Apakah Dejima itu?

Dejima itu sebenarnya adalah pulau buatan seluas 2,2 hektar yang dalam bahasa Jepangnya (Tsukishima). Shima atau Jima yang berarti pulau.  The Jima, terbaca Dejima.

Saya terbiasa naik densha (Kereta listrik atau Trem) dari dari Nagasaki Daigaku Eki mae ke Dejima Eki di Dejimamachi, Nagasaki Shi (Eki artinya stasiun) dengan membayar 100 Yen. (Rp.1.500).

Jepang sendiri secara resmi mulai membuka kontak dengan negara lain, khususnya negara-negara Eropa pada tahun 1543.

Baca Juga : Kastil Okayama, Jepang Kastil Burung Gagak Hitam

Kesempatan itu dipergunakan secara intensif oleh bangsa Portugis untuk perdagangan pada tahun 1570 - 1639 dengan mengirim kapal delegasi ke Kagoshima (Kota besar di Pulau Kyushu sebelah selatan).

Namun sayang sekali, setelah hubungan yang harmonis dengan Jepang, ternyata Portugis secara berani dan  bebas menjelajah kepulauan Kyushu demi menyebarkan agama Khatolik pada masyarakat Jepang yang taat pada agama Shinto-nya.

Hal itu menimbulkan pemberontakan dari para petani Jepang yang berani di Shimabara kepada pihak Keshogunan Jepang pada tahun 1638. 

Gara-gara peristiwa itu, semua pendeta Khatolik dan juga pengikutnya dihukum mati dan bangsa Portugis diusir paksa keluar dari Jepang serta dilarang berdagang lagi ke Jepang.

Keshogunan Tokugawa segera mengamankan Jepang dari pengaruh bangsa asing dengan cara membangun Dejima (Pulau buatan) di Nagasaki dan menempatkan Bangsa Belanda, negara dari Eropa yang diberi hak berdagang dengan Jepang.

Semua pelabuhan ditutup di seluruh Jepang, kecuali pelabuhan di Nagasaki sebagai satu-satunya pintu masuk bangsa lain untuk berdagang dan pertukaran budaya pada abad 16 itu.

Belanda dengan pelabuhan lautnya di Ayutaya, Siam. Lokasi Museum Dejima. Foto Dokpri
Belanda dengan pelabuhan lautnya di Ayutaya, Siam. Lokasi Museum Dejima. Foto Dokpri
Orang Belanda tidak diizinkan keluar dari pulau buatan atau Dejima. Itu juga berlaku bagi orang Jepang sendiri. Hanya mereka yang diberi wewenang bisa bebas untuk berinteraksi. 

Apabila dilanggar, semua akan dihukum mati dengan dipancung dan bahkan Bangsa Belanda bisa diusir serta kehilangan hak perdagangannya.

Tidak heran, hampir 200 tahun lebih di periode Edo, perdagangan Belanda mampu berjalan lancar di Dejima, Jepang mulai tahun 1641 sampai dengan 1854.

Pelabuhan laut untuk berdagang bangsa Belanda di Batavia, Indonesia Lokasi Museum Drjima. Foto Dokpri
Pelabuhan laut untuk berdagang bangsa Belanda di Batavia, Indonesia Lokasi Museum Drjima. Foto Dokpri

Selama masa perdagangan itu, banyak orang Jepang yang ternyata belajar Bahasa Belanda, Ilmu Sains, Kedokteran, Farmasi, dan Teknologi khususnya pada peralatan persenjataan militer yang selanjutnya untuk menjajah bangsa lain di Asia.

Bagaimana perdagangan Belanda di negara Asia lainnya?

Dibanding dengan negara Jepang, beberapa negara di Asia seperti Malaysia dan Indonesia, Bangsa Belanda juga mempunyai hubungan dagang, tetapi justru mereka bisa menjajah Indonesia melalui pelabuhan dagang Batavia, Pelabuhan Malaka di Malaysia, dan Pelabuhan Ayutaya di Siam (Thailand).

Bangsa asing selain seperti di Jepang, seperti China, Korea, India, Cambodia dan bangsa Asia lainnya, mereka bebas pergi kemana saja tanpa ditempatkan di satu lokasi tersendiri dan terjaga.

Pelabuhan dagang bangsa Belanda di Malaka. Lokasi museum Dejima. Foto Dokpri
Pelabuhan dagang bangsa Belanda di Malaka. Lokasi museum Dejima. Foto Dokpri

Itulah yang membuat mereka bebas dan berani menguasai tanah air yang didatanginya. Ibarat tamu yang datang tapi selanjutnya menjadi pemilik rumah dan membuatnya menjadi pembantu di rumah sendiri.

Itu semua karena bangsa kita mudah diadu domba dan dipecah belah serta tidak punya semangat persatuan dan jiwa nasionalisme yang kuat.

Slogan Doki Sakura dan Bushido adalah Jiwa nasionalisme yang kuat dari orang Jepang dalam bersatu untuk menjaga bangsanya adalah kunci mengapa Jepang tidak pernah dijajah bangsa lain.

Juga, semangat untuk belajar ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya dan ilmu sains serta eknologi secara cepat bisa membuat negara Jepang menjadi negara maju dan modern dalam waktu relatif singkat.

Belajar dari sejarah bangsa lain dalam merefleksi diri di Hari Kebangkitan Nasional untuk menjadi bangsa Indonesia yang besar dan disegani oleh bangsa lain, persatuan dan kesatuan adalah kunci mutlak kita semua dalam mewujudkannya.

Salam Harkitnas 2023
Catatan Perjalanan ke Nagasaki Jepang.

Referensi :

* Wikipedia.org
* Book : Guide to Nagasaki Life for International Students
* Book : Story of Nagasaki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun