Sambil tersenyum simpul, saya amati kue kiriman yang saya anggap berkah Ramadan. Satu paket kue pastel itu dari HenieCuisine, seorang penguasaha kue yang terkenal di kota Magetan, Jawa Timur.
Suami beliau sudah saya anggap seperti sodara sendiri. Kedua putranya yang juga anak didik saya saat masih di bangku SMA, pernah saya kirim ke Australia dan saat ini, Abyan, putra pertamanya masih belajar di Jerman.
Kue pastel itu merupakan kue favorit saya sejak dulu karena citra rasahnya yang renyah dan lumer di mulut. Apalagi dengan adanya berbagai rasa pilihan seperti rasa keju, kacang, coklat, vanila dan varian rasa lainnya.
Saat mengamati wadah kue yang sering kita sebut dengan topless, yang berarti tanpa tutup atas, atau dibuka di bagian atasnya, pikiran ini entah kenapa tiba-tiba kembali ke masa kecil di tahun 1970-an.
Saat itu, apapun jenis kuenya, semua terasa lezat kecuali bila melihat ada kue 'Jemari' yang ada di atas meja tamu.
Apakah kue Jemari itu?
Sebetulnya istilah itu bukan untuk nama ada jenis kuenya, melainkan wadah atau tempat kuenya, yaitu yang sering kita sebut dengan 'Lodong' atau 'Rodong'.
Teman-teman masa kecil dulu sering menyebutnya dengan kue jemari atau kue jari-jari terlepas apapun nama kue apapun di dalam lodong itu.
Misalnya kue kacang, kue kuping gajah, kue kripik mlinjo atau permen dan masih banyak jenis lainnya.