Beberapa hari menjelang hari lebaran 1444 Hijriyah tiba, ada beberapa agenda yang membuat saya harus sering bepergian ke luar kota baik di Provinsi Jawa Timur maupun Jawa Tengah.Â
Selama di perjalanan, ada satu fenomena menarik yang mengganggu pikiran saya. Mau tahu?
Setiap berhenti di perempatan karena lampu merah, pastilah ada sekelompok manusia perak (silver) dan badut yang saya lihat sedang mengais rezeki dengan aktraksi lucunya untuk mendapatkan uang receh pada setiap mobil yang berhenti. Sengatan panas terik matahari pun sudah tidak dihiraukan lagi oleh mereka.
Karena penasaran, begitu mendekat ke mobil, kaca jendela mobil segera saya buka lebar-lebar. Sambil memberikan uang, saya kumpulkan beberapa keterangan dari mereka sekaligus meminta izin untuk mengambil gambar dari kamera di android di tangan saya.
Ternyata, secara garis besar kisahnya hampir sama dengan apa yang pernah dllakoni oleh Rizal, seorang manusia silver yang terpaksa mengais rezeki di jalanan di jakarta dan diuntai apik oleh Kompas.id., pada pertengahan tahun 2020 di saat pandemi Covid-19 merebak.
Lulusan sekolah kejuruan, kemudian bekerja di bengkel otomotif. Namun karena pandemi dan bengkelnya ditutup, Rizal dipaksa untuk mengemis dengan menjadi manusia silver.Â
Untuk itu, cat sablon yang dicampur dengan minyak tanah harus dioleskan ke sekujur tubuhnya setiap harinya. Rasa gatal karena zat kimiawi dan sengatan panas matahari menyebabkan penyakit baru pada kulitnya.
Kisah klise itu terus terjadi dan terulang pada Rizal dan Rizal lainnya di banyak jalanan di setiap kota kecil atau besar di tanah air. Bahkan terlihat semakin memprihatinkan karena sekarang ini, justru "pekerjaan" itu juga dilakoni oleh para wanita, anak-anak dan bayinya juga.
Berita tersebut sempat menghebohkan jagat maya karena dianggap sebagai tindakan eksploitasi anak dan tidak berperikemanusiaan.
Ke mana pemerintah dalam situasi dan kondisi seperti itu?