Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Melihat Sejarah Mudik Gratis, Masih Nyamankah?

15 April 2023   23:56 Diperbarui: 16 April 2023   00:10 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik dengan pesawat. /koleksi pribadi

Mungkin kita baru mengetahui bahwa kata 'MuDik', itu merupakan akronim dari Bahasa Jawa, yaitu 'Mulih Diluk". 

Kata itu berarti Mulih, yang berarti 'pulang' dan Diluk yang berarti 'hanya sebentar'. Nah, siapa juga yang iseng membuat akronim itu tidak diketahui secara pasti, namun rasanya mengena juga maknanya.

Fenomena Mudik atau  pulang sebentar ke kampung halaman setelah sekian lama merantau di kota atau daerah lain yang jauh dari tempat kelahirannya, sebenarnya sudah ada dari zaman dulu.   

Hanya saja menjadi satu tradisi tersendiri tidak hanya di negara kita lho! Bahkan negara Jepang atau Korea Selatan juga punya istilah mudik itu sendiri.

Mau tahu? Jika di Jepang, namanya Obon Matsuri, yang biasanya jatuh pada tanggal 15 Juli setiap tahun. 

Banyak orang berbondong-bondong pulang ke Furusato (Kampung halaman) untuk 'nyekar' kepada arwah para leluhur. 

Itu sama dengan kita saat mudik, rata-rata para mudikers (orang yang pulang kampung), juga banyak yang berkunjung ke makam untuk mendoakan dan membersihkannya.

Sedangkan yang ada di Korea Selatan, istilah Chuseok. Hanya saja, mudik di Korea selatan ini juga untuk festival panen raya. 

Mereka libur selama 3 hari. Istilah Chuseok (Baca Chusok), biasanya jatuh pada tanggal 28 - 30 September setiap tahunnya dipergunakan oleh warga Korea Selatan untuk bersembahyang dan mendoakan para leluhur.

Dari dua negara tersebut, yaitu Jepang dan Korea Selatan, semua warganya akan pulang kampung. 

Jika Anda berada di negara tersebut pada tanggal jatuhnya istilah Mudik pada mereka, dipastikan semua jalan akan padat pada awal hari, namun pada hari berikutnya, kota besar akan seperti kota mati, karena mereka sedang berada di daerahnya masing-masing.

Hanya saja, hal yang membedakan adalah di kedua negara tersebut tidak ada istilah Mudik Gratis. Untuk istilah Mudik Barengnya, itu jelas sama dan terkadang banyak yang menggunakan mobil pribadi untuk pulang kampung sebentar.

Pengalaman saya saat di Korea Selatan yang bertepatan dengan Chuseok, sungguh terksiksa karena terjebak seharian di jalanan yang menjadi macet dan itu termasuk jalan bebas hambatan juga. 

Sungguh, masalah Urbanisasi ini, ternyata tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja, namun juga melanda di negara maju sekalipun.

Dengan jumlah penduduk yang sangat besar di Indonesia, apabila tidak ada program Mudik Gratis yang ditawarkan oleh banyak lembaga negara mulai dari Angkatan laut dengan Kapal perangnya, Angkatan darat dengan Truk Militernya. 

Banyak kementerian tang salah satunya adalah Kementerian perhubungan dengan armada bus Damri dan Kereta apinya. 

Hebatnya, berbagai perusahan yang berada di kota besar, juga memfasilitasi mudik gratis dengan bus bagi para pegawai dan karyawannya, agar mereka semua bisa tiba di kampung halaman yang menjadi tujuan tepat waktu sebelum tanggal 1 Syawal.

Beberapa kasus sebelum adanya tawaran pada masyarakat akan program mudik gratis ini, banyak kejadian yang memprihatinkan, karena jalanan menjadi padat, tingkat kecelakaan menjadi tinggi, angka kejahatan menjadi naik dan harga tiket melambung fantastis tak terjangkau dan masih banyak permasalahan lainnya.

Dari beberapa layanan untuk mudik gratis, sudah bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat secara offline, yaitu mendaftar dengan datang ke instansi yang menawarkan, atau secara online dengan menunjukan dokumen KTP atau SIM. Semuanya serba gratis alias tidak ditarik biaya sepersen pun.

Apakah aman dan nyaman?

Aman? Tentu saja aman, karena semua rombongan kendaraan akan dikawal oleh pihak kepolisian dari satuan lalu liintas. 

Nyaman? Dijamin nyaman deh!, karena dalam beberapa hal, terkadang konsumsi sudah disediakan dan di beberapa rest area yang ditentukan saat berhenti untuk berisitirahat, ada tim kesehatan yang siap 24 jam membantu para mudikers bila ada hal yang tidak diinginkan selama perjalanan.

Hanya saja, saya hanya merenung, apakah ada maskapai penerbangan domestik di tanah air yang juga bersedia atau memberikan tawaran naik pesawat gratis untuk para mudikers? 

Jika ada, tentu saja akan lebih nyaman lagi deh! Anda pasti setuju dengan saya, kan!?

Salam Ramadan!

Samber thr

Samber 2023 hati 15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun