Jika kita berfikir seperti itu juga tidak masalah karena tingkat kecerdasan dan kemampuan berlogika setiap manusia berbeda-beda.
Ada yang mengambilnya secara tersurat apa adanya, namun pada orang lain, bisa memahaminya secara tersirat dari arti kata secara tertulis, yang padahal maknanya berbeda.Â
Jelasnya, makna membakar di situ adalah mengekang 'hawa nafsu' yang dimiliki oleh manusia selama bulan suci dan juga bulan-bulan selanjutnya.
Hawa Nafsu di sini bisa diarahkan kepada satu 'Keinginan' pada pikiran kita.Â
Di saat kita mempunyai keinginan yang bersifat duniawi, pastilah kita akan mencari cara agar 'keinginan' kita itu bisa terwujud.
Kerugian manusia adalah saat memenuhi keinginan itu dengan menghalalkan segala cara, di situlah setan mengambil alih peran dalam menutup hati, logika, perasaan dan akal manusia.
Demi mendapat keinginan akan jabatan, kedudukan, harta benda, dan banyak lainnya, banyak yang sudah kehilangan perasaan 'takut' dan 'malu'nya kepada Allah SWT dengan banyak berbuat nista dan kejahatan selama hidup di dunia walaupun mengaku sebagai insan yang beragama dan beriman.
Oleh karena itu, bulan Ramadan, seharusnya, semua hawa nafsu itu harus dibakar dengan cara berpuasa menahan lapar dan dahaga.Â
Juga banyak melakukan ibadah sunnah dan wajib agar kita kembali menjadi orang yang kembali bersih di bulan yang penuh rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka
Mari kita renungkan bersama bahwa dalam tahun islam (Hijriyah), bulan ke delapan adalah Syaban, setelah Ramadan untuk bulan ke sembilan dan Syawal bulan ke sepuluh dalam urutannya.
Dalam bulan ke delapan, Syaban, banyak umat muslim yang sudah sibuk dalam mempersiapkan datangnyanya bulan Ramadan. Itu artinya, mereka bahagia, ikhlas dan syukur untuk menerima 'tamu suci' itu.