Jiwa Tak Bersayap
Terlahir sama suci menikmati kefanaan
Jiwa-jiwa bebas mengenakan sayap di punggung
Juga sembunyi-sembunyi memilih bertanduk di kepala
Saling mengajak dan mengingatkan demi oligarki diri.
Dua belas purnama diarungi dalam kerentaan fisik dunia
Tanduk lebih memilih jiwa yang terpasung
Satu purnama menawarkan sayap pada raga yang rela
Semua ada harganya di satu bulan suci ini.
Sayap dan tanduk tak akan terlihat oleh mata jiwa
Namun perilaku dan niat diri yang nanti akan mengusung
Kepak sayap dan tajamnya tanduk mengganjar baka yang berbeda
Saat ajalnya memilih berarti kini terlambat sesal diri.
Salam Puisi Diri
Singapura, Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H