Mengapa saya menjadi lebih boros selama bulan Ramadhan dan itu artinya, saya masihlah berada dalam golongan orang yang kalah. Nafsu duniawi masih bertengger di perilaku diri sehari-hari.
Ketiga. Saya memang sedang berpuasa, namun banyak perbuatan saya yang tidak ikut di dalamnya. Mungkin ada perilaku korupsi, manipulasi dan kolusi yang saya lakukan di bawah alam sadar karena kebiasaan sebelumnya.
Perilaku berkata bohong, membual, menghina, menggunjing atau berpikiran iri, dengki serta berprasangka buruk pada orang lain, sahabat, anak, adik, kakak, istri, orang tua atau pada murid ditakutkan akan menghilangkan ganjaran dari ibadah puasa ini.
Keempat. Kebingungan dalam memanfaatkan dan mengatur waktu. Malam lailatur qadar, harusnya berburu malam ampunan, justru disita untuk berburu berbagai diskon di mall. Momen untuk mengaji atau tadarus, justru dipakai untuk ngabuburit berburu kuliner instan untuk buka puasa dan sahur.
Banyak waktu yang saya sia-siakan dengan tidur di siang hari dengan dalih ibadah dan memindahkan pola makan besar ke malam hari. Tak heran, saat Ramadhan berakhir, berat badan semakin bertambah karena sifat pemalas yang bertambah pula.
***
Alhamdulillah, saya selalu bersyukur bahwa sampai saat ini, Allah SWT masih memberikan waktu untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan.Â
Tidak ada jaminan bahwa saat ikut berpuasa menahan lapar dan haus setelahnya akan mendapat ganjaran surga atau pahala.
Kita semua diwajibkan berpuasa seperti halnya kaum yang beriman sebelumnya di bulan Ramadhan ini agar semata kita semua menjadi umat yang bertaqwa. Iya, umat yang bertaqwa.
Masihkah kita perlu berargumentasi dengan berdalih apapun demi nafsu duniawi kita sebagai insan yang berakal?Â