"Saya dan istri beserta anak-anak, tahun ini sudah menjalankan ibadah umrah yang kelima kalinya. Bagaimana dengan Anda sekeluarga? Menunggu apa juga? Keburu meninggal nanti! Saya saja mampu, kenapa Anda tidak?"
Itulah penggalan sapaan dari seorang sahabat lama saat bertemu secara tidak sengaja di satu hajatan pernikahan anak dari kolega dekat lainnya.
Saya memaknainya sebagai satu bentuk doa dan motivasi bagi diri saya. Umrah adalah privasi dan bukan publikasi diri akan nilai keimanan dan ketaqwaan.
Sebetulnya, ada banyak makna yang bisa ditangkap dari analisa discourse yang bisa ditebak pada kalimat berikutnya dari penggalan dialog di atas. Namun, ada beberapa orang yang sering berbeda pendapat dan menyebut mereka dengan istilah "Pamer".
Apa yang dimaksud dengan istilah 'pamer' itu sendiri?Â
Jika didefinisikan bebas, pamer adalah sifat dalam diri kita untuk menunjukan potensi lebih yang melekat secara materiil dan juga non-materiil kepada orang lain.
Hegemoni merasa lebih superior dalam hal apapun, bisa memicu perilaku pamer pada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan kekaguman, pujian, pengakuan status, kesan baik dan penilaian lebih dari orang lain atau banyak masyarakat lainnya.
Dalam hal ini banyak istilah yang digunakan untuk menjelaskan arti dan jenis dari kata 'Pamer' dengan makna yang tergantung pada narasi dan konteksnya. Namun yang paling banyak untuk genre di sini adalah Pamer Kekayaan.
Ada beberapa kata yang bermakna 'pamer' akan hal apapun dengan sedikit perbedaan. Hal itu adalah :
1. Flexing. Kata ini jika Anda buka kamus, artinya pamer atau memamerkan. Bisa gaya hidup, Level pendidikan, harta yang dimiliki, keluarganya yang sukses atau pangkat (dalam militer) serta jabatan yang disandangnya.
2. Showing off. Kata pamer dari istilah ini, umumnya untuk kemampuan yang dimilikinya. Bisa berarti kecerdasan secara kognitif, atau keterampilan secara fisik (skill).
3. Bragging. Satu kata ini berbeda saat diartikan pamer meskipun arahnya juga ke sana. Kata ini cenderung mengarah pada kata 'membual' atau 'berbohong' daripada 'pamer'. Biasanya, apa yang ditunjukkan itu dilebih-lebihkan dan jauh dari kenyataannya.
4. Nah, seperti judul di atas, ada satu lagi sifat jenis pamer dari sifat manusia dan istilah itu kita kenal sebagai pamer halus atau dikenal dengan Humblebragging.Â
Yaitu:
Sifat pamer manusia yang dilakukan secara verbal atau visual dengan teknik merendahkan dirinya di depan orang lain atau umum, namun tujuan sebenarnya adalah untuk menunjukan bahwa dirinya adalah orang yang lebih hebat dari orang lain dalam segala hal.
Contoh nyata dari humblebrag itu dengan berpura-pura rendah hati. Pamer dalam verbal atau kalimat saat Anda tangkap dari lawan bicara, seperti contoh paragraf awal dari artikel ini.
Bisa juga, humblebrag untuk pamer dalam bentuk visual. Seperti apa? Misalnya, ada yang kaya raya, tapi sering pakai baju sederhana, sepatu murahan, tapi jam tangan mahal.
Bahkan, pada acara resmi, semua tamu undangan berpakaian resmi, misal jas atau batik, dia memakai kaos sederhana, itu artinya bisa disebut sebagai humblebragging.
Contoh lain, menulis nama dengan gelar akademik lengkap dan hajinya di nama rumah, kartu undangan, atau dokumen yang tidak ada hubungannya dengan penggunaan langsung akan keilmuannya, bisa juga disebut humblebrag atau pamer halus.
***
Namun, kita juga harus berimbang pendapat dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan dan niat dari mereka yang sering dicap sebagai 'Tukang pamer'. Â
Kenapa demikian?
Banyak faktor yang melatar belakanginya. Seorang salesman atau marketing suatu produk, harus sering pamer, karena, jika tidak, mereka tidak akan menjualkan dagangannya.
Artis, penyanyi, seniman, pemain sirkus, fashion show, olahragawan, juruk masak, pembalap dan banyak lainnya. Mereka merasa 'perlu' untuk pamer dan sah-sah saja di mata orang lain karena menyangkut keberlangsungan hidupnya.
Saya yakin, masing-masing dari kita, akan mampu menilai pada orang lain yang punya sifat dan sikap pamer. Tidak ada niat untuk mengedukasi, dan menginspirasi dari sifat pamernya. Bila adapun, sering disebut 'pamer' juga oleh orang lain.
Kita semua sulit memberikan penilaian adil pada diri kita sendiri. Biarlah orang lain yang menilainya. Hal yang selalu dijaga adalah niat baik dan tulus kita sendiri-sendiri. Seperti pepatah:
"Sungguh sulit bagi kita untuk membedakan penampilan orang dengan menyebutnya 'orang yang penuh rasa percaya diri' atau 'orang yang sombong' adalah dua hal yang sama tapi berbeda makna".
Salam
Gwangju, South Korea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H