Dampaknya, institusi sekolah akan dianggap sebagai tempat yang paling "tidak menyenangkan" pada masa perkembangan fisik dan psikis bagi anak didik.
Bisa dipastikan, jumlah murid yang membolos (playing truant) akan semakin meningkat. Minimal jumlah murid yang terlambat datang ke sekolah bertambah.Â
Belum lagi gurunya yang juga setengah hati datang alias tidak ikhlas dalam mengajar dan mendidik. Lengkaplah sudah masalahnya!
Terlepas dari itu semua, saya mencoba memahami niat baik dan harapan beliau, Pak Viktor Bungtilu Laiskodat selaku Gubernur NTT.
Beliau ingin dunia pendidikan di sana bisa menjadi maju dengan output anak didik yang berkualitas serta membanggakan. Juga banyak yang bisa menembus ke Perguruan Tinggi Negeri ternama di tanah air.
Namun, seharusnya ada kajian awal untuk menerapkan pembelajaran di sekolah pada pukul 05.00 WITA.Â
Dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui SWOT-nya (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Besar keuntungan atau kerugiannya bagi semua stakeholders pendidikan tentunya.
Sebagai pembanding, saya pernah berada di banyak sekolah di beberapa negara yang berbeda berbeda seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Kamboja. Sekolah di sana rata-rata memulai pelajaran pukul 07.00 atau 07.30 waktu setempat
Saat saya juga pernah berada di SMA Mt Lawley, Perth, Australia Barat, malahan awal jam pelajarannya justru pukul 08.00. atau 08.15. Juga, saat saya di Korea dan Jepang. Beberapa sekolah di sana, rata-rata memulai pelajaran pukul 08.00 atau 08.30.
Dengan jam usai pelajaran pukul 14.00 atau 14.30. Namun itu jam usai pelajaran sekolah saja. Anak didik boleh pulang pukul 16.00.Â