Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Seijin No Hi: Too Much Love Will Kill You

25 Februari 2023   12:45 Diperbarui: 4 Maret 2023   09:45 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspired "True Love", by Fuji Fumiya. Ilustrasi foto Dokumen Pribadi

"Too much love will kill you
If you can't make up your mind
Torn between the lover and the love you leave behind
You're headed for disaster 'cause you never read the signs
Too much love will kill you every time"

                                               By Queen

Pernah dengar kalimat dalam bahasa inggris itu? 

Dijamin pernahlah! Itu adalah penggalan syair dari lagunya group musik "Queen" dari Inggris dengan Freedy 'Bulsara' Mercury sebagai lead vocalist-nya.

"Terlalu banyak cinta itu akan membunuhmu"

Itulah terjemahan dari judul lagu yang dirilis di tahun 1988. 

Berkisah tentang  rusaknya sebuah hubungan karena perbuatan terlalu mencintai. Bisa hubungan persahabatan, suami istri, orang tua dengan anak, atau guru dengan murid. Dalam ini bisa disebut "memanjakan".

Mencermati pembelajaran dari kasus Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat Kemenkeu yang menganiaya David, anak pejabat PB. Ansor, NU hingga mengalami koma dan harus menjalani perawatan di Intensive Care Unit (ICU) untuk menyelamatkan hidupnya.

Terpaksa, Dandy harus ditangkap pihak berwajib dengan ancaman hukuman 5 tahun. Sedangan, ayahnya, seorang ASN di Kemenkeu, dikenai sanksi administratif dan bahkan harta kekayaan orang tuanya senilai 56 Miliyar sedang diaudit asal-usulnya oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Semua menjadi runyam dan ribet gara-gara perilaku gaya hidup hedonisme Mario Dandy yang masih berusia 20 tahun. Padahal dia masih berstatus mahasiswa perguruan tinggi swasta dan belum punya penghasilan.

Bagaimana tidak, usia segitu muda, sudah gemar ber-moge ria dan memamerkan Rubicon, mobil jeep mewahnya di media sosial. Bisa ditebak, itu pasti milik orang tuanya.

Bagaimana menyikapi dan mengambil kasus tersebut di atas sebagai "Kaca Benggala", yaitu cerminan diri kita semua sebagai orang tua?

Masyarakat langsung mengambil kesimpulan bahwa kasus Mario Dandy itu terjadi akibat pemberian kasih sayang yang berlebihan dari orang tuanya. Akibatnya, semua itu justru membuat anak menjadi manja (Spoiled Child) dan tidak mandiri serta tidak tahu apa itu istilah  "tanggung jawab".

Di Indonesia, saat anak memasuki usia ke 17 tahun, artinya, pada diri mereka secara hukum kenegaraan, sudah disebut orang dewasa. Otomatis, hak dan kewajibannya juga sama di mata hukum. Bukan Restorative Justice lagi seperti halnya kasus hukum pada usia anak-anak.

Benarkah mereka sudah bisa disebut dewasa? Jika ada pertanyaan seperti itu, jawabannya akan relatif. Hal itu karena perbedaan perspektif dari sudut agama, secara hukum negara, secara fisik, atau secara psikologis.

Banyak orang tua di kita yang memang terbukti memanjakan anak. Bayangkan saja, betapa bangganya mereka saat 'mampu' membelikan sepeda motor mahal dengan kapasitas mesin besar, juga Handphone mahal demi anaknya saat ke sekolah. Jika perlu, demi 'rasa sayang' itu, mereka pun berhutang, juga akan dijalani.

Bisa ditebak, betapa banyak anak-anak setingkat sekolah dasar dan menengah yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Belum punya SIM (Surat Izin Mengemudi), lagi Tingkat logika dan emosinya di jalan raya masih belum stabil. 

Akhirnya, hanya meratap dan menyisakan penyesalan setelah semua terjadi. Kita semua jarang atau bahasa kasarnya, tidak mau mengambil pembelajaran dari banyak kasus sebagai Kaca Benggala.

Di beberapa negara maju, seperti Amerika, Australia, Eropa, dan Korea, anak sudah disebut dewasa saat mereka menginjak usia ke 20 tahun.

Masa remaja mereka (Teen-age), diawali pada usia 13 tahun sampai dengan 19 tahun. Coba Anda lafalkan dalam bahasa Inggris! Nah, jadi tahu kenapa istilahnya disebut teenagers.

Di Jepang, bahkan ada hari khusus untuk yang mereka yang meninggalkan masa remaja dan mulai memasuki masa dewasanya. 

Hari Kedewasaan (成人の日), dibaca Seijin no Hi adalah momen yang ditunggu semua orang. Bahkan pemerintah kota setempat (Shi), secara resmi dan terjadwal mengadakan upacara di balai kota dimana banyak yang hadir dengan pakaian tradisional Jepang, yaitu Kimono.

Upacara Hari Kedewasaan-Seijin no Hi di Nagasaki-Shi. Dokumen Pribadi
Upacara Hari Kedewasaan-Seijin no Hi di Nagasaki-Shi. Dokumen Pribadi


Terhitung hari itu. hukum sebagai orang dewasa akan diterapkan. Mereka legal bila mau merokok, minum sake, beer dan perilaku lainnya, namun konsekuensi di belakangnya adalah pidana bila ada perilaku yang membahayakan orang lain.

Rata-rata, mereka akan keluar dari rumah orangnya dan memilih untuk tinggal di apartemen, atau mansion kecil. Mereka belajar dan berlatih hidup mandiri. Namun, tetap diawasi dan dibantu bila sudah sedikit 'menyerah'.

Mereka harus berani menghadapi kerasnya masalah kehidupan serta berusaha mencari dan mengatasi masalahnya sendiri.

Mereka akan jatuh bangun, namun bila mereka mampu melewatinya, mereka akan jadi sosok pribadi yang hebat, tangguh, mandiri, kreatif dan waspada di masa depannya.

Sungguh suatu pembelajaran bagaimana menjadi orang tua yang diidamkan, juga strategi yang tepat dalam mendidik anak agar mandiri serta beraqlak mulia adalah sesuatu yang kompleksitas bila dibahas secara lengkap.

***

Terpenting bagi saya, hanya berusaha agar mampu memberikan ilmu agama dan dunia, suri tauladan, berusaha menjadi teman, guru dan juga sekaligus orang orang tua bagi anak-anak.

Saya ikut empati dengan perasaan orang tua Mario Dandy. Hanya bisa mendoakan semoga Keluarga mereka diberikan kemudahan serta kekuatan agar masalah yang menimpanya bisa cepat diselesaikan.

Biarlah pengalaman dalam mendapatkan masalah dan mencari solusinya di setiap perjalanan hidup ini yang akan menjadi guru terbaik anak-anak tersebut. 

Itu agar kelak, pada saatnya, mereka semakin bisa menjadi lebih bijaksana dalam bersikap.

"Sesuatu paling buruk yang pernah menimpa seseorang dan tidak membuatnya mati, momen itulah yang justru membuat orang itu menjadi lebih tangguh di masa depannya"

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun