Masih ingatkah Anda dengan film 'I Robot'? Film yang diperani oleh Will Smith. Film yang menceritakan tentang sosok robot super cerdas yang mempunyai 'nurani' seperti manusia.
Juga, Film Terminator yang telah dibuat sampai sekuel ke 5. Sebetulnya, masih banyak film bergenre sejenis dan semua berkisah tentang humanoid (manusia buatan) yang cerdas, bahkan bisa lebih cerdas dari manusia sebagai pembuatnya.
Tidak mungkin, kan?! Tapi yang namanya film fiksi ilmiah, ya sah-sah saja. Terserah pada penulis naskah dan sutradaranya. Kita, para penonton, tinggal suka apa tidak. Menginspirasi manusia di masa depan atau tidak. Fokus ke itu saja sih!.
Kecerdasan buatan atau istilah kerennya Artificial Intelligence yang dibuat oleh manusia, mau tidak mau juga menimbulkan konflik psikis pada mereka (Technophobia). Melihat Vending machine, atau ATM (Automatic Teller Machine) itu saja sudah merasa cemas belebihan.
Memangnya ada orang yang seperti itu? Maaf, itu adalah saya sendiri yang bila masuk ke ATM Corner, ada perasaan cemas menghantui pikiran dan hati. Namun, bukan saya karena gaptek, melainkan saldo minus di rekening saya itu lho yang membuat takut. Gitu!
Oh, ya! Perasaan cemas, khawatir, takut dan bingung, sebenarnya akan selalu menghantui semua lapisan masyarakat bila mereka sewaktu-waktu bisa kehilangan pekerjaannya, atau bahkan bisa dengan mudah terancam keberlangsungan hidupnya di muka bumi karena profesinya digantikan oleh peran teknologi Artificial Intelligence.
Setiap teknologi baru yang diciptakan, jelas dan terbukti telah menghilangkan berbagai jenis pekerjaan atau profesi. Sejarah sudah mencatatnya.Â
Sebagai misal, berapa banyak pegawai Bank yang sudah diputus masa kontraknya meskipun kinerjanya baik, sudah menguasai di bidangnya, dan loyalitasnya juga tinggi.
Profesi mereka seperti Teller, atau Customer Service, telah digantikan dengan kecerdasan komputer yang semuanya sudah berbasis Artificial Intelligence. Terutama yang berhubungan langsung dengan sistim perbankan online untuk transfer, menyimpan, menarik atau layanan lain secara otomatis.
Belum teknologi robot CNC (Computer Numerucal Control) di banyak pabrik yang mengakibatkan banyak orang ter-PHK dari tempatnya bekerja di banyak dunia.
Pengalaman saya saat saya berada di pabrik mobil Toyota di Kota Fukuoka Jepang yang kapasitas produksinya mencapai 3.000 unit per hari, di dalam proses pengerjaannya, hampir semua bagian mobil telah diambil alih oleh robot CNC tersebut.
Proses pengecatan, pengelasan, pemasangan komponen, panelisasi dan semuanya sudah bersifat robotic. Peran beberapa manusia yang bekerja, hanya sebagai supervisor atau operator bila ada malfunction dari semua peralatan otomasi yang sedang bekerja.
otomasi dalam proses produksi massal di Pabrik mobil yang sangat besar dan luas itu, hanya ada ratusan karyawan. Padahal, kapasitas produksi mobil yang dihasilkan per hari bisa mencapai 2.000 sampai dengan 2 500 unit.
Demikian juga saat saya berada di pabrik mobil KIA, Gwangju, Korea Selatan. Semua sudahSudah siapkah Indonesia menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi dan menyongsong Revolusi Industri 5.0 yang didominasi oleh peran Artificial Intelligence?
Jawaban sejujurnya jika boleh berpendapat, secara individu, orang Indonesia sangat mampu dan siap menerima, menyesuaikan dan bahkan mengusai kecerdasan buatan (AI) tersebut.
Hanya saja, secara kolektif kemasyarakatan, mereka masih gagap teknologi dan gamang menerima perubahan secara global.
Kebingungan mereka akan teknologi AI, telah dimanfaatkan oleh orang lain bahkan negara lain. Tidak heran, kejahatan Cyber marak terjadi dimana-mana dan korbannya mereka rata-rata, orang yang tidak up-to date dengan kemajuan teknologi.
Bagaimana dengan aplikasi Chat-GPT (Generative Pre-Trained) yang sudah ramai merasuk di dunia pendidikan?
Aplikasi bahasa generatif yang diprogram secara teknologi yang men-transform data tersimpan untuk memperkirakan jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Asyiknya, saat ada tes semester misalnya, jawaban yang berbasis Esei dalam jawabannya, aplikasi Chat-GPTÂ ini akan sangat bermanfaat dan membantu otak anak didik dalam mendapatkan pemahaman untuk menuju proses kecerdasan berikutnya, yaitu analisa dan daya kreasi.
Hebatnya, aplikasi ini diperkirakan bisa mempermudah guru dan dosen juga dalam proses mengajar di dunia pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Tapi, tunggu dulu! Memangnya tidak ada ekses negatifnya?
Semua hal di dunia ini, apapun itu, pasti mempunyai manfaat dan kerugiannya. Tinggal, mana porsi terbesar dari masing-masing sisi itu. Ingat, saat kalkulator dibuat, juga saat kamera digital mendunia, semua teknologi lama menjadi tergerus zaman.
Pro dan kontra selalu mewarnai proses sebuah inovasi teknologi di seluruh dunia. Manusia bisa salah langkah dan menjadi selalu tergantung pada aplikasi Chat-GPT itu. Otak menjadi tidak 'terlatih'. Dampaknya, dianggap sebagai orang yang malas berfikir.
Menyikapi hal itu, masyarakat Indonesia, sebaiknya segera menyesuaikan diri dan menerima proses datangnya era Artificial Intelligence atau era kecerdasan buatan yang semakin gencar.
Internet, Chat-GPT, Mesin CNC, Robot, Search Engine, Google. Itu adalah "hidup"  kita semua.
Di situlah dunia pendidikan berperan utama untuk menyiapkan generasi yang lebih unggul dan cerdas dalam menyikapi AI, sepertiBanyak orang berpendapat bahwa aplikasi komputer telah mengambil alih peran guru dan dosen dalam mengajar. Namun, masyarakat juga harus tahu dan tidak perlu cemas bahwa secanggih apapun teknologi, TIDAK akan pernah bisa menggantikan guru dalam mendidik karakter dan budi pekerti luhur pada hati anak didik.
Generasi muda Indonesia harus diberi ruang untuk mengembangkan daya cipta atau kreasinya di bidang rekayasa informatika, teknologi komunikasi, rekayasa genetika atau kemampuan berinovasi teknologi lainnya pada semua aspek kehidupan.
Saya masih ingat kuat, saat mendampingi delegasi pelajar Indonesia di ajang International Robotic Festival di Okayama, Jepang 2019,  Anak-anak Indonesia di sana, secara membanggakan mampu membuktikan dan telah menyabet berbagai juara utama dari berbagai kategori lomba robot.
Di Era AI ini, kita semua harus hidup damai dan berdampingan dengan teknologi hasil dari Artificial Inteligence. Tidak perlu terlalu apriori dan menolak keras akan sebuah kemajuan teknologi, khususnya di bidang komputer dan informatika.
Bila itu terwujud, masyarakat Indonesia tidak akan pernah gagap teknologi dan itu yang kelak menghantarkan kita menjadi sebuah negara maju yang disegani bangsa dan negara lain.
Salam
fnfvat: qvnybt grzn gryrcuar oebpuer, yrnsyrg, cunzyrg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H