"Bonjour!, Comment Allez-Vous? Â Est- ce que tout va bien?"
Itulah greeting atau sapaan di pagi hari saat di Paris bila bertemu sahabat. Meskipun basa-basi tetapi tetap harus dijawab, " Bonjour, Bien!". Begitu saja sudah aman tuh!.
Bisa ditebak, itu cuma mengatakan "Halo, selamat pagi! Bagaimana kabar? Apakah Anda baik-baik saja!?" Dan jawabannya sama. "Halo juga!, kabar baik!".
Kali ini, ada sedikit catatan kisah pada saat menghadiri undangan di kampus Universitet de Paris atau yang sering dikenal dengan nama Sorbonne. Pernah lihat film nasional "Laskar Pelangi"? Itu kampusnya!
Selepas acara, rasanya rugi bila tidak mengeksplor Kota Paris yang terkenal sebagai kota paling romantis di dunia. Jujur, saya juga heran, kenapa kota ini bisa mendapat predikat seperti itu.
Mungkin karena banyak pasangan yang menghabiskan bulan madunya di kota ini atau banyak yang menikmati masa pensiun dengan pasangannya di Menara Eiffel? Saya juga tidak paham akan hal itu.
Belum tahu ya? Menara yang selama proses pembangunannya oleh Gustave Eiffel ini (1887-1889), ada kisah asmara tersembunyi dari Mr. Eiffel yang menginspirasi lho!. Tonton saja filmnya ya!.
jalan yang dinobatkan dan mendapat predikat sebagai jalan terindah di dunia (The most beautiful street in the world).Â
Herannya, di Paris ini juga adaJalan itu adalah Avenues des Champs Elysees sepanjang 2 kilometer dengan kondisi jalan dan trotoar yang lurus, lebar, dan datar.
Kanan kiri jalan dipenuhi dengan pohon serta banyak toko yang menjual produk pakaian, sepatu atau tas kulit ber-merk kelas dunia.Â
Juga ada restoran, cafe serta toko souvenir. Mungkin,dari hasil referensi dari artikel di semua media massa dari berbagai negara. Who knows!?
Wisatawan dari berbagai dunia, setiap harinya tumpah ruah di sepanjang jalan ini. Namun, harap selalu berhati-hati karena banyak pencopet dan pengemis.Â
Mereka kebanyakan berasal dari berbagai belahan negara dan terpaksa menjadi pengungsi karena negaranya sedang dilanda peperangan.
Ada satu pengalaman buruk juga saat saya di sana. Apabila Anda bertemu dengan serombongan remaja atau anak-anak, kemudian meminta Anda untuk tanda tangan sebagai bentuk dukungan, tolong dihindari saja karena mereka akan meminta dengan setengah memaksa dan mengumpat agar Anda membayar sejumlah dana.
Bila ada yang mendatangi Anda, kemudian menyapa "Can You speak English!?",sambil membawa kertas dan pulpen, itu artinya kelompok pemalak.
Hindari saja dengan mengajak mereka bicara dalam bahasa daerah kita, seperti Jawa, Madura, Batak, Sunda atau apalah. Pasti mereka dijamin tidak paham dan yang penting mereka segera pergi.
Entah mengapa, ada satu hal yang menarik minat saya. Hal itu  justru pada kondisi jalan rayanya. Aneh, ya!?  Jalan di sekitar Champs Elysees, Paris itu masih tertata rapi dan rata dengan batu hitam kali sebagai bahannya menjadikan kota itu benar-benar unik dan indah.
Arc de Triomphe, kondisi jalan yang saya ceritakan di atas bisa Anda temukan. Tugu yang berdiri kokoh untuk menghormati jasa para tentara itu dibangun di masa Napoleon Bonaparte pada tahun 1806.
DiSaya jadi ingat tentang kehebatan Napoleon yang menguasai negara-negara lain di Eropa. Salah satunya berkat kondisi jalan dan trotoar yang dibuat lebar, rata, dan lurus di Paris semata demi memudahkan mobilisasi pasukan Napoleon dalam menaklukan negara lain.
Bahkan, di dekat Menara Eiffel dan Arc de Triomphe, ada Ecola Militaire, yaitu sekolah militer yang dibangun pada tahun 1750 oleh Raja Louis XV. Bangunan indah itu, diubah menjadi markas kavaleri, yaitu pasukan berkuda oleh Napoleon.
Untuk menjaga Paris, Sungai Seine juga dijadikan sarana transportasi militer disamping dimanfaatkan juga untuk niaga.Â
Bangunan Katredal Katolik yang terkenal yang dibangun tahun 1163, yaitu Notre-Dame, masih berdiri kokoh sampai sekarang di sisi Sungai Seine itu.
Sayangnya, kondisi jalan yang sempurna pada masa kejayaan Perancis itu juga menjadi faktor utama akan kekalahan negara itu sendiri di Perang Dunia Kedua.
Pada tahun 1940, Adolf Hitler, Sang Fuhrer dari Jerman dengan pasukannya, dengan mudah dan secara mendadak mampu memasuki kota Paris, Perancis. Hitler dengan sistim perang Blitzkrieg-nya membuat Perancis menjadi negara jajahannya tanpa mendapat perlawanan berarti.
Dari kisah perjalanan ke Paris itu, sewaktu berada di salah satu Cafe untuk menikmati Black Coffee, saya merenung sesaat tentang jalan raya di Paris.
Bahwa dalam hidup ini, terkadang sesuatu yang membuat kita mulia derajatnya, seperti harta, ilmu, pangkat, atau jabatan justru sesuatu itu pula kelak yang juga membuat kita menjadi tersungkur.
Salam
hqt encuu z, tgeqwpv vgzv cpf cpcnavkecn gzrqukvkqp vgzv
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H