"Kepribadian dan karakter yang asli dari seseorang itu akan muncul pada saat dia sedang duduk di kursi jabatan atau kemudi kendaraan"
Belajar dari kasus Giorgio Ramadhan yang sempat viral baru-baru ini dan memenuhi berita di jagad media sosial menarik untuk didiskusikan. Masyarakat banyak yang terkejut dan menyayangkan aksi kekerasan di jalan raya dari GR tersebut.
Bagaimana tidak, tanpa berfikir dampak dan sanksi hukum yang akan diterimanya, dengan santainya mobil Fortunernya ditumburkan dengan sengaja pada mobil Brio yang menjadi pelampiasan emosinya saat ditegur di jalan raya.
Bisa ditebak sesuai prediksi netizen, ujung-ujungnya GR meminta maaf di media sosial dan merasa menyesal serta merasa bersalah. Proses hukum tetap berlanjut dengan ancaman hukuman 3 tahun. Namun, sang korban, entah 'demi apa', mencabut laporan dan menerima tawaran 'damai'.
Sebetulnya, bila dicermati di dalam masyarakat masih banyak kasus serupa dengan beragam variabel pelaku mulai dari profesi, usia, jabatan, status kekayaan terhadap bermacam variabel yang berbeda level pada para korban.
Hegemoni merasa paling berkuasa, paling benar, paling kaya, atau paling terhormat, tidak sadar telah 'menindas' pada mereka yang dianggap memiliki status dengan level di bawahnya.
Mobil Fortuner dengan tampilan tinggi, besar, gagah telah mewakili kepribadian pemiliknya yang dengan semena-mena dan sengaja menumburkan mobilnya pada Brio, jenis sedan LCGC (Low Cost Green Car) kecil. Sungguh tidak sepadan dan dianggap mewakili mereka kaum kecil, jelata dan remeh.
Mengapa kepribadian dan karakter mereka para pelaku yang oleh sahabat karibnya sering dianggap normal saja, tiba-tiba bisa berubah seketika dan dianggap membahayakan orang di sekitarnya dan bahkan bersifat merusak?
Untuk itu, coba kenali ciri-ciri orang yang dianggap mempunyai Multiple Personality Disorder atau dalam istilah psikologinya disebut Dissociative Identity Disorder (D.I.D). Bisa jadi saya atau Anda sendiri juga mempunyai ciri-ciri tersebut.
Namun apabila tidak mampu mengelola dan mengatasi adanya Prima Causa, yaitu penyebab akan Multiple Personality Disorder (D I.D) muncul, dalam hal ini kita sering menyebutnya sebagai orang yang berkepribadian ganda akut.
Ciri-cirinya apa saja dan kapan munculnya?
Pada prinsipnya, setiap orang berpotensi mempunyai masalah dengan D.I.D, namun TIDAK semua orang mampu untuk mengelola kepribadian diri lainnya yang 'tersembunyi" itu.
Bila lepas kendali sampai menjadi 'marah', tidak semua orang memiliki pemahaman akan kemampuan 'Anger Management'., yaitu bagaimana mengubah energi negatif yang merusak menjadi energi positif yang membangun dan bermanfaat.
Ciri-ciri D.I.D itu akan terlihat saat seseorang mempunyai banyak tekanan atau beban hidup. Misalnya karir yang macet, penghasilan tidak stabil, masalah hubungan komunikasi dalam keluarga, tidak terwujud akan cita-citanya, hutang-piutang, penyakit tidak kunjung sembuh dan masih banyak lainnya.
Sedangkan dalam dirinya si penderita D.I.D ini, sering muncul perasaan cemas berlebihan pada situasi normal, mudah tersinggung, sensitif, mudah pening saat sedang emosi, sorot mata yang sering tidak fokus, cepat berubah dari sedih ke perasaan gembira dan sebaliknya, suka berbicara tentang topik yang tidak relevan dengan kenyataan atau berbicara akan banyak kelebihan dirinya, amal sedekahnya dan perilaku sehari-hari yang tidak konsisten.
Psikoterapi, sebetulnya adalah solusi atas gejala yang muncul pada mereka yang memiliki kepribadian ganda. Jika boleh jujur, sebetulnya bisa diduga dan dikira setiap orang memilikinya.
Namun sering kita ketahui bersama, sepertinya peran dari ilmu Psikologi dan adanya Psikotes untuk mengetahui kepribadian dan kecerdasan, masih dikesampingkan di masyarakat kita yang seolah-olah dianggap hanya menghamburkan uang semata.
Jadi tidak heran bila pernah mendengar banyaknya kasus sopir bus yang ugal-ugalan dalam berkendara di jalan raya. Status sosial yang tersisih, gaji yang rendah dan karir yang tidak jelas bisa memunculkan D.I.D pada dirinya yang dipicu oleh satu masalah sepele.
Terutama disaat sedang berada di belakang kemudi busnya. Pada moment itulah, dirinya adalah berubah menjadi sang 'penguasa' jalan yang sedang melepaskan beban pada sesama pengguna jalan lainnya.
Belum lagi kasus lain dimana ada oknum Polisi yang menembak sesama polisi lainnya, juga oknum pejabat ASN yang menganiaya masyarakat hanya gara-gara mobilnya terserempet sepeda motor, dan banyak kasus lainnya seperti seorang pejabat yang berubah karakternya setelah "duduk" di kursi jabatan atau menyandang. 'pangkat/ gelar tinggi'.
Satu yang menarik adalah Apakah seorang guru juga bisa mempunyai kepribadian ganda?
Jawaban jelas juga ada, bahkan salah satu sahabat saya sesama guru harus di-non aktifkan untuk mengajar karena divonis mempunyai D.I.D Akut. Setiap hari, dirinya berubah-ubah mood mengajarnya. Juga, parahnya pernah merasa dirinya sebagai kepala sekolah.
Sebagai sahabatnya, saya merasa prihatin dan empati. Mungkin beban profesinya sebagai guru yang berjibun dan juga saat melihat anak didiknya yang malas belajar, sering membolos, terlibat kenakalan yang mengarah ke ranah kriminalitas dan hal lainnya adalah faktor pemicu Multiple Personality menjadi Disorder muncul pada sahabat guru tadi.
Saya? Rasa-rasanya juga demikian nih!. Harapan besar pada anak didik untuk sukses yang berjalan berbeda arah dengan kenyataan pada mereka ditakutkan bisa mengeluarkan D I.D saya yang tersembunyi.Â
Hanya saja, saya masih mampu mengelolanya dengan membuang semua tekanan hidup itu pada bermain musik, bernyanyi, mengaji, Â travelling, bermain tenis, berenang di laut, menulis dan lain-lainnya.Â
Bagaimana dengan Anda sendiri?
Salam
3×15+14:10/2114-3+209+1514***315=144+9/20+915+14=112_9/6***16=155+1312=1521+20/4185+1=1319
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H