Pagi sesaat setelah berdoa di dalam kelas, aku amati dengan teliti berapa anak yang tidak masuk hari itu saat jam pelajaran pertama, yaitu Bahasa Inggris.
Memang benar, ternyata ada empat muridku yang tidak hadir dengan berbagai alasan di dalam surat izin yang sudah terbuka di atas meja guru.Â
Alasan pada umumnya adalah sakit dan sah-sah saja karena musim penghujan juga tidak lebih dari 3 hari.
Saat, melihat bangku tengah sebelah barat, ada sedikit perasaan terkejut karena ada satu murid yang terkenal karena sering absen selama beberapa hari. Sedihnya, bahkan terkadang tanpa alasan apapun alias membolos.
Sebut saja namanya, Fazza. Seorang murid yang termasuk cerdas dan terampil di mataku sebagai gurunya. Hanya saja, mengapa nilai akademisnya rata-rata rendah pada hampir semua mata pelajaran.
Baru-baru ini, aku mengetahui sendiri, ternyata Fazza, disamping masih berstatus pelajar SMA, dia dan temannya satu kelas, juga bekerja sambilan untuk membantu mendapatkan penghasilan tambahan untuk uang sakunya.Â
Hal itu aku lihat sendiri saat dia sedang memasang instalasi kamera CCTV di salah satu toko yang dimiliki oleh sahabatku.
Pada prinsipnya, selama tidak mengganggu pelajaran sekolahnya, bisa aku maklumi, namun melihat prestasinya yang rendah gara-gara bekerja sambilan, jujur, rasanya ada hal yang patut disayangkan bila hal itu bisa membuat masa depan anak didikku berpotensi gagal.
Seisi kelas menjadi hening dan terdiam saat  mataku menatap tajam sosok Fazza yang terduduk diam sambil juga mengamatiku. Akhirnya lepas juga satu pertanyaan pada Fazza.Â
"Mas, Fazza juga untuk para murid lainnya! Apa pendapatmu bila melihat sebuah sepeda motor 250 cc dengan Merk apapun di daerah pedesaan dan hanya dipakai untuk membawa rumput gajah sebagai bahan pakan ternak?"
"Kamu tahu, rata-rata sepeda motor itu dipakai untuk touring atau balapan di sirkuit seperti Moto GP", tambahku lagi sebelum dia sempat menjawab.
"Menurut saya, bila ada seperti itu, saya sangat menyayangkan, pak!. Sepeda motor mahal sebagus itu dengan kapasitas c.c. yang besar, kok hanya dipakai mencari dan membawa rumput! Sungguh tidak sesuai dengan kapasitas mesinnya!". Jawab Fazza dengan suaranya yang tanpa ragu-ragu.
Sambil tersenyum, kuamati Fazza dan juga teman-temannya yang mungkin masih penuh tanda tanya dengan pertanyaanku yang aneh di pagi hari itu.
"Mas Fazza dan juga murid lainnya! Seandainya kamu semua mengetahui, itulah perasaanku sebagai guru saat melihat dirimu yang selama ini telah menyia-nyiakan "kapasitas" mesin kecerdasanmu bila sudah enggan menuntut ilmu di sekolah"
Salam hormat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI