Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernikahan Dini: Happily (N)Ever After

20 Januari 2023   18:58 Diperbarui: 20 Januari 2023   19:39 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu komunitas yang baik, akan membentuk masyarakat yang peduli akan pengawasan secara tidak langsung pada para pelajar. Masyarakat juga bertanggung jawab secara moral pada proses pendidikan mereka.

Bila memang ada pelajar yang melanggar norma adat, agama, dan hukum, masyarakat harus tegas untuk bersatu mengingatkan, menegur, melaporkan atau mencegah akan terjadinya dekadensi moral pada generasi muda tersebut.

4. Peran Pemerintah.

Melalui banyak program tentunya dan salah satunya dalam kurikulum termasuk perlunya memberikan materi secara khusus tentang pendidikan sex pada anak sekolah sejak dini.

Kita tahu, hal itu masih menimbulkan pro dan kontra bahwa membicarakan pendidikan sex pada anak didik di sekolah adalah hal tabu. Namun, justru tanpa memberikan penjelasan yang benar, anak dengan usia sekolah akan mendapatkannya dari sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan akan dampak atau akibat setelahnya.

***

Memang, pernikahan bagi seseorang, cepat atau lambat pastilah datang bila waktunya itu telah tiba. Semua orang pasti juga akan mendoakan bahwa mereka yang sudah siap dan telah menikah bisa hidup bahagia selamanya. (Happily Ever After).

Bila ada anak yang "terpaksa" menikah yang padahal masih di bawah usia, apalagi masih berstatus pelajar dan dianggap belum mampu untuk hidup secara mandiri, secara mental, ekonomi, fisik dan kedewasaan pikirannya justru akan menyisakan dan menimbulkan masalah di kehidupannya kelak.

Ujungnya bisa ditebak, angka perceraian akan sama tingginya dengan angka pernikahan dini karena faktor "kecelakaan". 

Hidup berkeluarga yang diharapkan selalu bahagia lahir dan batin. Dijadikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah,  bisa jadi semakin jauh dari tujuan pernikahan bagi mereka.

Pasti, doa Happily Ever After akan menjelma menjadi Happily Never After, yaitu sebuah pernikahan dalam membangun rumah tangga menjadi satu hal yang patut disesali sepanjang hidup mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun