Satu komunitas yang baik, akan membentuk masyarakat yang peduli akan pengawasan secara tidak langsung pada para pelajar. Masyarakat juga bertanggung jawab secara moral pada proses pendidikan mereka.
Bila memang ada pelajar yang melanggar norma adat, agama, dan hukum, masyarakat harus tegas untuk bersatu mengingatkan, menegur, melaporkan atau mencegah akan terjadinya dekadensi moral pada generasi muda tersebut.
4. Peran Pemerintah.
Melalui banyak program tentunya dan salah satunya dalam kurikulum termasuk perlunya memberikan materi secara khusus tentang pendidikan sex pada anak sekolah sejak dini.
Kita tahu, hal itu masih menimbulkan pro dan kontra bahwa membicarakan pendidikan sex pada anak didik di sekolah adalah hal tabu. Namun, justru tanpa memberikan penjelasan yang benar, anak dengan usia sekolah akan mendapatkannya dari sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan akan dampak atau akibat setelahnya.
***
Memang, pernikahan bagi seseorang, cepat atau lambat pastilah datang bila waktunya itu telah tiba. Semua orang pasti juga akan mendoakan bahwa mereka yang sudah siap dan telah menikah bisa hidup bahagia selamanya. (Happily Ever After).
Bila ada anak yang "terpaksa" menikah yang padahal masih di bawah usia, apalagi masih berstatus pelajar dan dianggap belum mampu untuk hidup secara mandiri, secara mental, ekonomi, fisik dan kedewasaan pikirannya justru akan menyisakan dan menimbulkan masalah di kehidupannya kelak.
Ujungnya bisa ditebak, angka perceraian akan sama tingginya dengan angka pernikahan dini karena faktor "kecelakaan".Â
Hidup berkeluarga yang diharapkan selalu bahagia lahir dan batin. Dijadikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah, bisa jadi semakin jauh dari tujuan pernikahan bagi mereka.
Pasti, doa Happily Ever After akan menjelma menjadi Happily Never After, yaitu sebuah pernikahan dalam membangun rumah tangga menjadi satu hal yang patut disesali sepanjang hidup mereka berdua.