Batu nisan ialah sebuah penanda kubur biasanya berupa batu yang ditempatkan diatas pusara eseorang.Batu nisan merupakan tradisi dalam upacara penguburan agama Kristen, Yahudi, Muslim, dan beberapa agama atau kepercayaan lainnya. Batu nisan dan warisan tidak dapat dilepaskan dengan kematian seseorang di sisi lain juga ia menandakan bahwa seseorang tersebut pernah hadir di dunia. Banyak hal tergambar saat membahas batu nisan. Apakah iadanya kehidupan selanjutnya setelah kematian, mitos kepercayaan tertentu, sejarah orang yang dimakamkan, nilai budaya artistik atau bahkan sebagai wisata religi masyarakat.
Sebagai wilayah paling barat, Aceh adalah daratan pertama yang dijumpai oleh pelaut dari barat setelah menyebrangi samudra Hindia. Aceh menjadi persinggahan komunitas baru yang datang dari Persia dan India sebagian dari mereka membwa ajaran Islam, ada pula yang menetap meneruskan keturunan hingga meninggal di tanah Aceh. Pada masa kerajaan wilayah aceh sangatlah strategis mengingat pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang barat Sumatera.
Sejarah dan Awal Mula Batu Nisan Aceh
Tidak diketahui pasti kapan pertama kali batu nisan muncul namun menurut Deddy Satria. S.S seorang arkeolog dari Aceh menyebutkan bahwa kemunculannya berasal dari dinasti Umayah dan Abbasiyah yang menginginkan adanya penanda kubur khususnya terutama pada khalifah Abbasiyah yang menginginkan adanya batu nisan sebagai penanda kubur.
Hal ini dapat di buktikan Pada epitaf makam Batu Nisan Shadrul Islam Ismail disebutkan Maulana Qadhi (tuan kami qadhi). Dalam Lisan Al-‘Arab, salah satu makna maula ialah: “wali yang mengurusi urusanmu.” Gelar maulana—dengan penambahan dhamir al-mutakallim—yang berarti tuan kami telah digunakan oleh khalifah-khalifah dari Dinasti ‘Abbasiyah, dan sangat banyak digunakan,
Kaligrafi Arab pada nisan makam Qadhi Isma’il yang wafat pada Jum’at, 7 Syawwal 852 Hijriah, juga menampilkan khath Thughra’.
Berdasarkan penelitian batu nisan yang terletak pada wilayah Aceh sangat dipengaruhi oleh Persia dan India. Nisan di Aceh mengalami perubahan bentuk (metamorfosis) dari yang sederhana hingga mencapai bentuknya seperti yang diketahui sekarang ini. Perubahan tersebut diawali dari beberapa nisan sederhana yang dapat ditemui di Samudera Pasai, tempat, awal mula penyebaran Islam di nusantara hingga mencapai puncaknya pada masa kesultanan Aceh Darussalam. Samudera Pasai hingga saat ini diyakini merupakan kerajaan Islam pertama di nusantara, yang menjadikannya sebagai tempat mengadopsi bentuk-bentuk nisan.
Bentuk-bentuk Batu Nisan di Aceh
Menurut Dr. Husaini Ibrahim M.A salah seorang Arkeolog dari Aceh menyebutkan bahwa terdapat tiga bentuk umum batu nisan yaitu: 1. Nisan berbentuk sayap dan tanduk seperti tanduk kerbau