Baru saja saya mendengar siaran TV ONE yang menayangkan strategi paslon No. 3 . Saya cukup bingung dengan apa yang beliau berdua sampaikan. Saya tentunya bukan seseorang yang berhak mengkritik atau mempertanyakan soal strategi dan program yang dicanangkan oleh para paslon yang sedang berkompetisi ini. Saya juga tidak pernaah tertarik untuk ikut campur soal politik dan drama yang terjadi dalam pilkada DKI tahun ini. Saya juga tidak memiliki favorit dari antara ke-3 paslon yang sedang berkompetisi tersebut. Namun, saya harus berbicara soal yang satu ini.Â
Anies dan Sandi , telah dengan jelas berbicara dan cukup bangga dengan program yang ingn mereka canangkan , yaitu KPR dengan Dp. 0. Saya tersenyum saja melihat kebangaan beliau berdua ketika menjelaskan bahwa program mereka tersebut adalah membela rakyat yang tidak mampu. Mungkin untuk banyak orang, pasti tergiur untuk memiliki rumah di Jakarta dengan cicilan tanpa DP. Tapi pertanyaan saya adalah: Apa benar, program tersebut membela rakyat yang tidak mampu? Berikut adalah beberapa poln yang saya anggap dapat menjadi masalah, jika KPR dengan DP 0. tersebut, di "beli" oleh warga yang tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka lakukan.
1. Menyewa Rumah atau Kamar bukanlah sesuatu yang Buruk.
Ketika mendengar paparan Anies bahwa warga Jakarta sebenarnya ingin memiliki rumah. Secara tidak langsung, beliau mengatakan bahwa orang yang menyewa rumah, memiliki nilai yang lebih rendah daripada orang yang menyicil rumah di Bank. Secara logika ini sangat salah. Tidak ada yang salah dari orang yang ingin menyewa rumah di banding menyicil rumah. Di kota besar baik di luar negeri seperti kota New York, ada berjuta-juta orang yang menyewa rumah. Tidak hanya orang yang tidak mampu, tapi juga kalangan milioner yang lebih memilh untuk menyewa rumah dibandingkan memiliki rumah dan harus menyicil ke Bank.Â
Menyewa rumah bukan sesuatu yang harus di permalukan. Selama ada atap di atas kepa anda, jangan pernah malu karena anda menyewa. Jangan biarkan orang atas membuat anda berpikir bahwa anda pun harus memiliki rumah dan akhirnnya anda ke Bank dan masuk dalam sebuah perjanjian perbulan dengan Bank. Jangan biarkan orang lain mempermalukan anda karena anda masih menyewa di sebuah kamar kecil. Manusia tidak membutuhkan untuk memiliki rumah pribadi. Manusia pada hakekatnya hanya membutuhkan atap di atas kepala mereka. Tidak masalah mau sewa,nyicil atau numpang di rumah orang tua mereka. Â
2. Menyicil adalah sama dengan berhutang.
Saya tidak masalah dengan program kredit. Saya anggap program kredit apapun itu, adalah tujuannya untuk membantu. Saya ingat Ibu saya menyicil rumahnya sekitar 5-6 tahun. Saya rasa jangka waktu normal seseorang menyicl rumah adalah maksimal 15 tahun. Bahkan lebih baik lagi jika bisa dituntaskan kurang dari 10 tahun. Saya yang menghabiskan hidup hampir 10 tahun di luar negeri, melihat dengan jelas apa yang di maksudkan Anies dan Sandi itu. Banyak program di luar negeri yang juga disebut Affordable Housing. Affordable housing ini ada syaratnya. Tidak semua orang dapat memanfaatkan program ini.Â
Dan banyak pula kreditan yang terjadi di luar negeri berlangsung sampe 30 tahun lebih. Pertanyaannya apakah anda siap berhutang dengan Bank selama lebih dari 30 tahun? Saya rasa saya bakalan Neg sendiri ngutang selama itu. Jadi sebelum tergiur dengaan program DP 0% ini, warga jakarta harus bertanya:"Jika ada KPR DP 0%, berapa lamakah kreditan ini? "Â Pertanyaan ini penting dijawab karena kita semua tahu bahwa kalau DP dihilangkan, maka pinjaman akan semakin besar dan tergantung kemampuan anda menyicil, maka semakin kecil anda menyicil tentunya semakin lama kreditannya dan semakin banyak juga bunga yang di kenakan Bank kepada anda. Apa kalian mau mengutang dengan tambahan bunga juga? Saya rasa orang cerdas dimana-mana pun mikir-mikir juga.Â
3. KPR DP 0% , berapa cicilannya?
Bagi warga yang mampu dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tetap perbulannya, tentu program kredit bukan menjadi masalah. Namun apakah warga yang pekerjaannya tidak menentu itu mampu membayar "HUTANG" mekera ke Bank setiap bulannya dengan tepat waktu? Tentu tidak. Bayangkan, rusun yang di lakukan oleh pemerintah saat ini, cicilannya hanya 300 ribu, alias 10 Ribu per hari. Cicilan 300 ribu perhari itu pun sebenarnya bukan untuk siapa-siapa tapi dianggap sebagai uang gotong royong untuk membersihkan area rusun tempat tinggal mereka. Cicilan 300 ribu adalah sesuatu yang sangat murah.Â
Namun cicilan 300 ribu ini pun, masih tidak bisa di bayar oleh tiap keluarga. Bayangkan cicilan 300 ribu yang murah ini , masih ada lebih dari 3000 keluarga yang tidak mampu membayarnya. Sekarang jika dilakukan program KPR versi Anies-Sandi, tentunya cicilan rumah dari Bank akan lebih dari harga 300 ribu tersebut. Apakah warga jakarta semuanya mampu membayar diatas 300 Ribu cicilan perbulan selama mungkin lebih dari 25 tahun lamanya? Â Saya rasa tidak mungkin.Sebenarnya yang perlu di pertanyakan seluruh orang yang memilih Anies-Sandi ataupun orang yang ingin berpindah untuk memilih Anies-Sandi, harus bertanya: "Kalau Dp 0%, cicilan perbulan berapa mas? 1 Juta, 100 Ribu, atau 10 Ribu???"Â Kalau mahal cicilannya,Â
4. Program KPR DP 0% ini tidak memikirkan dan membela rakyat miskin sama sekali.Â
KIta semua tahu bahwa kredit perumahan diperuntukkan untuk orang yang berpenghasilan tetap. Pertanyaannya sekarang adalah : "Bagaimana dengan warga yang tinggal di kolong jembatan, pengamen, fakir miskin, pengemis yang sampe saat ini masih banyak tidur di halte bus, di bawah pohon, di selokan ?" Ini program yang jelas tidak mengangkat derajat warga yang tidak punya penghasilan sama sekali. Apakah sebagai paslon anda tidak memiliki program yang mengentaskan warga yang masih sama sekali tidak punya atap di atas kepala mereka dan bahkan memilih tinggal di bawah kolong jembatan? Program KPR DP 0% tidak membela rakyat sama sekali. Jika anda niat membela rakyat, bangunlah perumahan GRATIS untuk warga yang tidak memiliki rumah atau kehilangan rumah. Itu baru membela rakyat.Â
5. Kredit perumahan memiliki resiko yang banyak.
Untuk masuk dalam perjanjian dengan kredit pinjaman dari Bank, semua orang harus mengerti apa resiko yang dapat terjadi. Bank dapat menyuruh anda keluar dan menyita rumah anda jika anda tidak mampu bayar. Pemerintah tentunya akan lepas tangan dan tidak dapat membantu anda jika hal itu terjadi. Anda juga akan merasakan kenaikan pajak properti dan bahkan mungkin kenaikan bunga cicilan rumah. Anak cucu anda beresiko melanjutkan kredit cicilan rumah anda. Pelajarilah baik-baik soal program yang satu ini. Jangan termakan karena belum tentu menguntungkan.Â
Itu saja pembahasan dan kritik yang mungkin saya tujukan kepada paslon ke-3. Juga ini dapat menjadi renungan setiap orang yang mungkin memilih atau berpikir untuk memilih karena program KPR DP 0%. Terlalu banyak hal yang tidak jelas dan salah tentang program ini. Bukan hanya tidak jelas dalam masalah peraturan hukum perbankan, tapi juga program ini bukan membela rakyat miskin, tetapi makin menelantarkan mereka yang sama sekal tidak mampu. Daripada anda sibuk dengan program ini, sebaiknya buatkanlah perumahan yang layak dan gratis yang dapat menampung warga miskin yang tidak mampu itu.Â
Dan untuk renungan teman-teman dirumah yang tergugah dengan program DP 0% ini, PLEASE do your homework first. Pelajari baik-baik. Ini program yang tidak sepenuhnya menguntungkan. Dan jika anda mungkin golongan yang memiliki penghasilan tetap, janganlah hanya memikirkan diri sendiri. Anda sebagai orang yang mungkin mampu untuk melakukan kredit cicilan perbulan, juga harus mempertanyakan bagaimana nasih warga lainnya yang tidak punya penghasilan tetap yang sama seperti anda.Â
Dan untuk teman-teman yang masih menyewa rumah, saya ingin sampaikan bahwa selama uang itu halal, lupakan Es Krim yang disuguhkan di depan anda. Pisang goreng pun enak dan bahkan lebih menyenangkan. Artinya, anda jangan pernah kecewa dengan posisi anda yang saat ini mungkin masih menyewa rumah orang lain. Justru anda bersyukur karena masih memilik atap di atas kepala anda. Janganlah anda menyicil rumah yang harus dilakukan bertahun-tahun lamanya jika anda tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak mampu membayar uang cicilan yang diinginkan oleh Bank. Jangan menaruh diri anda diposisi yang merugikan diri anda.Â
Terakhir, pemimpin yang mengetahui kebutuhan rakyatnya baik kaya maunpun miskin, adalah pemimpin yang peduli akan rakyatnya bukan dirinya sendiri. Sedangkan pemimpin yang menjual programnya untuk kalangan mayoritas saja dan tidak mempedulikan kaum minoritas, adalah pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri bukan rakyat secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H