16 agustus 2019
malam di malang.
jalanan sudimoro tutup berhalangan.
warga kampung sedang turun ke jalan.
berbagai hidangan tersaji.
bermacam raut wajah memenuhi.
dari doa sampai bernyanyi dan tertawa.
malam semakin tinggi.
tidak ada apa-apa kecuali sunyi itu sendiri.
tidak ada lagi mimpi-mimpi.
riuh harap dalam tidur saja jarang sekali.
kecuali beberapa rahasia ini.
dan rahasia ini adalah sunyi itu lagi.
dalam kamar ada greentea dan kopi.
aku menyelam greentea.
kutemui candu wangi bernama masa lalu.
kupilah dan oles candu ini pada samsu.
kuhisap-dalam sampai ngeflai larut-larut.
sesekali terbatuk bikin dada ini sakit.
kusudahi buka jendela hirup udara.
lalu kuselami kopi.
kudapati daun wangi bernama masadepan.
kupilih dan linting campur samsu.
kuhisap-pelan sampai tertawa terpingkal.
sesekali dirundung ketakutan tak terperi.
kusudahi buka pintu sambil tertawa.
kuberlari menuju tiang bendera.
hormat dan bernyanyi indonesia raya.
tetangga datang tegur dan bertanya.
"kenapa kau hormat tanpa ada bendera?"
sambil tertawa kujawab.
"kenapa kau bertanya tanpa ada saya?"
tetangga binggung, dia bicara sama siapa.
kulihat dari pintu.
tetangga sedang mabuk tak terkira.
setelah ia ditinggal anak istrinya.
sebab tak lagi bekerja.
ia suka pura-pura mabuk.
padahal ia sudah gila.
kututup lagi pintu.Â
berbaring melihat atap-atap kamar.
"kapan lagi kusentuh tangan wanita?"
gumamku.
"hanya untuk sekedar berbagi semeja"
"wanita minum greentea"
"aku minum kopi"
"di atas meja tangan kita bertemu"
"saling menatap sampai lenyap"
"kupersembahkan tirakatku ini"
"untuk entah apa namanya"
bergumam terus sampai PLN padam.
dalam gelap malah semakin ngoceh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H