Mohon tunggu...
Eko Arif Prasetyo
Eko Arif Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - ingin segera menghamili istriku

Study at Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Tirakat

16 Agustus 2019   22:19 Diperbarui: 16 Agustus 2019   22:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

16 agustus 2019

malam di malang.

jalanan sudimoro tutup berhalangan.

warga kampung sedang turun ke jalan.

berbagai hidangan tersaji.

bermacam raut wajah memenuhi.

dari doa sampai bernyanyi dan tertawa.

malam semakin tinggi.

tidak ada apa-apa kecuali sunyi itu sendiri.

tidak ada lagi mimpi-mimpi.

riuh harap dalam tidur saja jarang sekali.

kecuali beberapa rahasia ini.

dan rahasia ini adalah sunyi itu lagi.

dalam kamar ada greentea dan kopi.

aku menyelam greentea.

kutemui candu wangi bernama masa lalu.

kupilah dan oles candu ini pada samsu.

kuhisap-dalam sampai ngeflai larut-larut.

sesekali terbatuk bikin dada ini sakit.

kusudahi buka jendela hirup udara.

lalu kuselami kopi.

kudapati daun wangi bernama masadepan.

kupilih dan linting campur samsu.

kuhisap-pelan sampai tertawa terpingkal.

sesekali dirundung ketakutan tak terperi.

kusudahi buka pintu sambil tertawa.

kuberlari menuju tiang bendera.

hormat dan bernyanyi indonesia raya.

tetangga datang tegur dan bertanya.

"kenapa kau hormat tanpa ada bendera?"

sambil tertawa kujawab.

"kenapa kau bertanya tanpa ada saya?"

tetangga binggung, dia bicara sama siapa.

kulihat dari pintu.

tetangga sedang mabuk tak terkira.

setelah ia ditinggal anak istrinya.

sebab tak lagi bekerja.

ia suka pura-pura mabuk.

padahal ia sudah gila.

kututup lagi pintu. 

berbaring melihat atap-atap kamar.

"kapan lagi kusentuh tangan wanita?"

gumamku.

"hanya untuk sekedar berbagi semeja"

"wanita minum greentea"

"aku minum kopi"

"di atas meja tangan kita bertemu"

"saling menatap sampai lenyap"

"kupersembahkan tirakatku ini"

"untuk entah apa namanya"

bergumam terus sampai PLN padam.

dalam gelap malah semakin ngoceh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun