Membangun Keimanan pada Hari Akhir di Tengah Gaya Hidup Modern
Oleh : Early Puspita Liana
Di tengah era modern ini, belajar juga dapat menimbulkan cara berpikir yang sekuler dan liberal,karena semakin deras arus berfikir barat yang sekuler dan liberal itu dapat menembus fikiran,jiwa dan emosi para mahasiswa dan remaja umat islam. Akibat dari modernisasi bangsa yaitu berfikir sekuler dan liberal. Pada masa ini juga semua diberikan kemudahan,kenyamanan, dan kemewahan. Banyak manusia yang terlena akan dunia. Pada masa modern ini juga apapun serba ada dan cepat,seringkali menuntut waktu,perhatian,dan energi. Dalam situasi seperti ini, keimanan kepada hari akhir menjadi salah satu hal yang terabaikan. Padahal sangat penting bagi umat muslim untuk mengimani hari akhir,yang dapat menjadi panduan moral dan spiritual untuk menjalani kehidupan di dunia dengan penuh tanggung jawab.
Pengertian Hari Akhir
Hari kiamat merupakan waktu di mana kehancuran total akan terjadi pada bumi dan seluruh alam semesta. Pada hari tersebut, tidak ada satu pun planet yang akan selamat, termasuk bumi yang menjadi tempat tinggal manusia. Tidak ada informasi yang menyebutkan tanggal, bulan, atau tahun pasti kapan hari kiamat itu akan datang. Hal ini bukan karena Allah tidak mampu untuk memberitahukannya, tetapi Allah menyembunyikan waktu tersebut, bahkan dari malaikat, nabi, dan rasul-Nya, agar umat manusia dapat mengambil pelajaran dari kenyataan adanya hari akhir.
Ada beberapa hikmah mengapa Allah merahasiakan waktu datangnya hari kiamat, salah satunya agar manusia tidak menunda-nunda untuk berbuat kebaikan dan selalu menjauhi kemaksiatan, serta tetap waspada dan introspektif terhadap segala tindakannya (Jayana, 2017). Jika waktu kiamat diketahui secara pasti, hal itu dapat menyebabkan kekacauan dalam kehidupan dan membuat jiwa manusia cemas, sehingga aktivitas ibadah dan mencari nafkah menjadi terganggu. Hikmah lain dari rahasianya waktu kiamat adalah agar manusia selalu berserah diri dan menerima takdir kehidupan yang telah Allah tentukan untuk setiap individu.
Hari akhir juga merupakan salah satu pokok ajaran dalam Islam yang meliputi berbagai peristiwa besar, seperti kiamat, kebangkitan setelah mati, perhitungan amal (hisab), penimbangan amal (mizan), serta surga dan neraka. Dalam Al-Qur'an, hari akhir sering disebut dengan berbagai istilah, seperti Yaumul Qiyamah (hari kiamat), Yaumul Hisab (hari perhitungan), dan Yaumul Akhir (hari terakhir). Semua peristiwa tersebut menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sebagai perjalanan menuju kehidupan yang abadi.
Allah berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 20:
"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."
Ayat ini mengingatkan manusia bahwa dunia bersifat fana, sedangkan akhirat adalah kehidupan sejati. Keyakinan ini seharusnya menjadi pengingat untuk selalu bersiap menghadapi hari akhir dengan amal yang baik.
Mengapa Iman kepada Hari Akhir Penting?
      Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim, karena hal ini merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Keyakinan ini mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini bersifat sementara, dan setiap perbuatan yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Dalam Surah Al-Zalzalah ayat 7-8, Allah berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan kebaikan meskipun sebesar zarrah, pasti dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang melakukan keburukan meskipun sebesar zarrah, pasti dia akan melihat balasannya."
Ayat ini menegaskan bahwa setiap perbuatan, sekecil apapun, akan diperhitungkan oleh Allah. Tidak ada satu pun tindakan yang terlewat tanpa penilaian-Nya, baik itu perbuatan baik atau buruk. Oleh karena itu, keyakinan terhadap hari akhir mendorong setiap Muslim untuk senantiasa berbuat kebaikan, menghindari keburukan, dan menjaga amal perbuatan mereka sepanjang hidup.
Selain itu, iman kepada hari akhir juga memberikan ketenangan bagi mereka yang merasa tidak mendapatkan keadilan di dunia. Kadang-kadang, hidup ini penuh dengan ketidakadilan, penindasan, atau penderitaan yang tampaknya tidak mendapat penyelesaian. Namun, dengan keyakinan bahwa Allah akan menegakkan keadilan yang sempurna di akhirat, seorang Muslim akan lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian hidup. Mereka meyakini bahwa ketidakadilan yang mereka alami di dunia akan mendapat balasan yang adil di akhirat, baik berupa pahala bagi yang sabar maupun hukuman bagi yang zalim.
Keyakinan ini juga memperkuat niat untuk terus memperbaiki diri, karena setiap amal baik maupun buruk akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan demikian, iman kepada hari akhir tidak hanya mendorong seseorang untuk berbuat baik, tetapi juga menjadi pengingat agar menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, menyadari bahwa kehidupan abadi adalah kehidupan setelah mati.
Tantangan yang Dihadapi Keimanan dalam Gaya Hidup Modern
Gaya hidup modern membawa berbagai tantangan yang dapat melemahkan keimanan terhadap hari akhir, di antaranya:
- Materialisme dan Konsumerisme
- Kehidupan modern sering kali mengukur keberhasilan seseorang berdasarkan pencapaian materi, seperti kekayaan, status sosial, dan kepemilikan barang-barang mewah. Hal ini mendorong banyak orang untuk lebih fokus pada pencapaian duniawi daripada mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dalam masyarakat yang sangat menghargai kemewahan dan kemajuan teknologi, banyak individu terjebak dalam perlombaan untuk memperoleh harta, rumah besar, mobil mewah, atau posisi tinggi, tanpa menyadari bahwa semua itu hanya sementara dan tidak dapat memberikan kebahagiaan yang abadi. Keinginan untuk terus mengejar hal-hal materi sering kali mengalihkan perhatian dari nilai-nilai spiritual dan tanggung jawab agama, sehingga mengurangi kesadaran akan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat yang kekal.
- Kehidupan yang Sibuk
- Jadwal yang padat dan kesibukan pekerjaan sering kali membuat banyak orang lupa untuk menyisihkan waktu untuk merenung dan memperkuat ikatan spiritual dengan Allah. Rutinitas yang sibuk, termasuk memenuhi tuntutan pekerjaan, tenggat waktu, serta kewajiban sosial lainnya, sering kali mengalihkan perhatian dari kewajiban ibadah. Waktu yang seharusnya digunakan untuk shalat, membaca Al-Qur'an, atau menghadiri kajian agama sering kali terlewatkan karena fokus pada tuntutan duniawi. Hal ini menyebabkan jarak antara individu dan aspek spiritual mereka, yang seharusnya menjadi dasar untuk memperoleh kedamaian hati dan keseimbangan hidup. Akibatnya, banyak orang merasa lelah atau kosong secara batin karena tidak menjaga hubungan yang kuat dengan Allah di tengah kesibukan dunia.
- Hedonisme
- Gaya hidup yang terlalu mengutamakan kesenangan duniawi sering kali mengabaikan prinsip-prinsip agama. Hiburan berlebihan, seperti pesta yang tiada batas, pergaulan bebas, dan perilaku permisif, membuat banyak orang lupa akan tanggung jawab spiritual mereka. Kegiatan-kegiatan seperti berpesta, konsumsi alkohol, atau perilaku yang cenderung mengarah pada kesenangan sesaat sering kali menggeser perhatian dari kewajiban beribadah, merenung, atau memperdalam ilmu agama. Dalam situasi seperti ini, banyak orang lebih terfokus pada kesenangan duniawi dan melupakan kewajiban mereka terhadap agama, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, atau berbuat baik kepada sesama. Hal ini menyebabkan hubungan mereka dengan Tuhan dan ajaran agama menjadi terabaikan, serta mengurangi kesadaran akan tujuan hidup yang sejati, yaitu kehidupan abadi setelah mati.
- Kemajuan Teknologi
- Meskipun teknologi memberikan banyak manfaat, seperti kemudahan komunikasi dan akses informasi, teknologi juga dapat menjadi pengalih perhatian. Media sosial, game online, dan konten digital sering membuat seseorang lebih fokus pada layar daripada merenung atau memikirkan tujuan hidup yang lebih dalam. Hal ini mengalihkan perhatian dari kewajiban spiritual dan refleksi diri yang penting.
- Individualisme yang Berlebihan
- Kehidupan modern cenderung mendorong pola pikir individualistis, di mana kepentingan pribadi menjadi prioritas utama. Hal ini dapat mengurangi rasa tanggung jawab sosial dan spiritual, termasuk keyakinan terhadap kehidupan setelah mati. Fokus pada pencapaian pribadi, seperti karier dan kekayaan, sering kali mengabaikan kewajiban agama dan perhatian terhadap sesama.
Menghadapi Tantangan Modernisasi dengan Iman Yang Kuat
      Di tengah berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh modernitas, penting untuk memahami bahwa Islam tidak menentang kemajuan, tetapi memberikan panduan agar kemajuan tersebut tidak mengalihkan manusia dari tujuan hidup yang sejati. Berikut beberapa langkah praktis untuk menjaga keimanan di era modern:
- Mengintegrasikan Nilai-Nilai Akhirat ke dalam Aktivitas Modern
- Setiap aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari bisa dijadikan ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas. Contohnya, bekerja untuk mencari nafkah yang halal bukan hanya tanggung jawab duniawi, tetapi juga tanggung jawab akhirat.
- Mengedukasi Generasi Muda tentang Hari Akhir
- Penting untuk mengenalkan konsep kehidupan setelah mati kepada generasi muda dengan cara yang relevan dan mudah dimengerti. Memanfaatkan media sosial dan teknologi dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang menarik dan mudah diakses.
- Memanfaatkan Kemajuan Teknologi secara Bijak
- Alih-alih menjadi korban dari perkembangan teknologi, kita sebaiknya memanfaatkannya untuk mendukung ibadah dan memperkuat keimanan. Aplikasi pengingat waktu shalat, konten dakwah di platform digital, dan komunitas Islami online bisa menjadi alat yang berguna dalam menjaga kedekatan dengan Allah.
- Mengembangkan Kesadaran Sosial
- Hidup bukan hanya tentang kepentingan diri sendiri, tetapi juga tentang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Bersedekah, membantu orang yang membutuhkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial adalah cara untuk menanamkan nilai-nilai akhirat dalam kehidupan dunia modern.
- Merenungi Tanda-Tanda Kiamat
- Rasulullah SAW telah memberikan banyak petunjuk mengenai tanda-tanda kecil dan besar yang akan terjadi menjelang hari kiamat. Membaca dan merenungi tanda-tanda tersebut dapat mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini bersifat sementara. Dengan kesadaran ini, kita akan lebih termotivasi untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal.
Iman kepada hari akhir adalah landasan yang harus dijaga di tengah tantangan modernitas. Dengan keyakinan ini, kita hidup dengan tujuan yang jelas dan bertanggung jawab. Dunia hanya sementara, akhirat tujuan sejati. Semoga Allah memberi kekuatan untuk tetap istiqamah dan menjadi teladan bagi generasi mendatang dalam menjaga iman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI