Mohon tunggu...
Early Kusumaningtyas
Early Kusumaningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - HR Enthusiast/Technical Recruiter/Writer/Teacher/Breast Cancer Warrior

Saya seorang HR Enthusiast yang punya hobi menulis cerpen dengan genre horor dan juga suka menulis artikel tentang persiapan karir untuk Fresh Graduate. Saya juga mengajar Fresh Graduate dan Non Fresh Graduate terkait persiapan menghadapi interview dan tes kerja. Saya juga sebelumnya mengajar di homeschooling dan mengajar Bahasa Inggris untuk Employee dan anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi HR yang Toxic: Tantangan dan Solusi untuk Karyawan dan Manajemen

6 Agustus 2024   14:49 Diperbarui: 6 Agustus 2024   14:53 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam lingkungan kerja yang ideal, departemen Human Resources (HR) berperan sebagai penghubung antara karyawan dan manajemen, menjadi pilar dukungan yang memastikan kesejahteraan karyawan dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan. Namun, tidak jarang kita menemui situasi di mana HR menjadi sumber masalah, bersikap toxic, dan bahkan membiarkan pelanggaran terjadi. Artikel ini membahas dampak negatif HR yang toxic, penyebabnya, serta solusi untuk mengatasi situasi ini.

Dampak HR yang Toxic di Perusahaan

1. Penurunan Moral dan Motivasi Karyawan
Karyawan yang merasa tidak didukung oleh HR cenderung mengalami penurunan moral. Mereka merasa tidak aman dan kurang dihargai, yang berdampak pada motivasi kerja dan produktivitas mereka.

2. Kejadian Pelanggaran yang Tidak Terkendali
HR yang tidak berfungsi dengan baik seringkali menutup mata terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, seperti diskriminasi, pelecehan, atau ketidakadilan dalam penanganan keluhan. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan berbahaya.

3. Meningkatnya Turnover Karyawan
Karyawan yang merasa tidak dilindungi atau diabaikan oleh HR cenderung mencari pekerjaan lain. Tingginya tingkat turnover dapat mengganggu stabilitas dan efisiensi operasional perusahaan.

4. Kehilangan Reputasi Perusahaan
Jika perilaku HR yang toxic dibiarkan, reputasi perusahaan di mata calon karyawan dan publik bisa menurun. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menarik talenta terbaik.

Penyebab HR yang Toxic

1. Kurangnya Pengawasan yang Memadai
Manajemen yang tidak mengawasi kinerja HR secara ketat bisa menjadi penyebab utama. Ketika HR tidak diawasi, mereka dapat menyalahgunakan kekuasaan dan bertindak sesuai kepentingan pribadi.

2. Lip Service dan Koneksi dengan Manajemen
Beberapa HR mungkin berhasil memanfaatkan kemampuan berbicara dan koneksi untuk menciptakan citra positif di mata manajemen, meskipun sebenarnya mereka tidak menjalankan tugas dengan baik. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap berada di posisi kekuasaan tanpa akuntabilitas.

3. Budaya Perusahaan yang Kurang Sehat
Budaya perusahaan yang tidak mementingkan kesejahteraan karyawan atau etika kerja yang baik dapat memberikan ruang bagi HR yang toxic untuk berkembang.

Solusi Menghadapi HR yang Toxic

1. Membangun Komunikasi dengan Manajemen
Karyawan yang menghadapi masalah dengan HR sebaiknya mencoba membangun komunikasi dengan manajemen tingkat atas. Menyampaikan keluhan secara langsung dan memberikan bukti nyata tentang perilaku HR yang toxic dapat membantu manajemen melihat masalah yang sebenarnya.

2. Mencari Dukungan Eksternal
Jika manajemen tidak merespons, karyawan dapat mencari dukungan dari luar, seperti konsultan HR independen atau lembaga hukum yang dapat memberikan nasihat dan bantuan.

3. Membentuk Komite Karyawan
Pembentukan komite karyawan yang terdiri dari perwakilan berbagai departemen dapat menjadi wadah untuk menyuarakan keluhan dan mencari solusi bersama. Komite ini bisa bekerja sama dengan manajemen untuk memastikan kepentingan karyawan terwakili dengan baik.

4. Mengembangkan Kebijakan Whistleblowing
Perusahaan sebaiknya mengembangkan kebijakan whistleblowing yang kuat, di mana karyawan dapat melaporkan pelanggaran tanpa takut akan pembalasan. Kebijakan ini harus mencakup mekanisme pelaporan yang aman dan prosedur tindak lanjut yang jelas.

5. Evaluasi dan Pelatihan HR
Manajemen perlu secara rutin mengevaluasi kinerja HR dan memberikan pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Evaluasi ini bisa mencakup penilaian dari karyawan mengenai kepuasan mereka terhadap layanan HR.

Kesimpulan

HR yang toxic dapat menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan karyawan dan keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen harus bersikap proaktif dalam mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa HR berfungsi sebagai support system yang efektif. Karyawan juga perlu bersikap aktif dalam mencari solusi dan melaporkan pelanggaran agar situasi yang tidak sehat dapat segera ditangani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun