Program ini juga memberikan dampak praktis pada kegiatan PMR. Apabila kemampuan komunikasi menjadi lebih baik, maka siswa akan dapat berkoordinasi dengan lebih efektif dalam berbagai kegiatan PMR seperti pelatihan pertolongan pertama, kampanye kesehatan, hingga kegiatan sosial.Â
Psikoedukasi yang dilakukan ini juga menekankan pentingnya komunikasi non-verbal, seperti ekspresi wajah dan gerakan tubuh, yang seringkali menjadi kunci keberhasilan komunikasi antaranggota organisasi.Â
Implikasi dan Rekomendasi
Hasil dari program ini menunjukkan bahwa psikoedukasi mampu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik secara teknis maupun iterpersonal. Keberhasilan ini dapat disesuaikan untuk kegiatan ekstrakurikuler lain, terutama di kalangan remaja.
Untuk mengoptimalkan hasil, direkomendasikan adanya program lanjutan berupa pelatihan komunikasi lintas budaya dan regulasi emosi. Hal ini akan membantu siswa lebih memahami kompleksitas komunikasi dalam situasi yang lebih beragam.
Apabila diadakan kegiatan seperti ini, siswa tidak hanya memperoleh teori komunikasi, tetapi juga belajar bagaimana menerapkannya dalam konteks organisasi. Generasi muda yang mampu berkomunikasi dengan efektif akan menjadi aset penting dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan produktif.Â
Kesimpulan
Psikoedukasi komunikasi organisasi di SMP 2 Wagir, Kabupaten Malang ini membuktikan bahwa pendekatan terstruktur dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya komunikasi dalam organisasi. Program ini menjadi langkah awal yang menjanjikan untuk menciptakan generasi muda dengan kemampuan komunikasi yang lebih baik, mendukung keberhasilan mereka di masa depan.
Artikel ini diharapkan jga dapat menjadi inspirasi bagi institusi lain untuk mengembangkan program serupa, guna membekali siswa dengan ketrampilan komunikasi yang efektif dalam berbagai aspek kehidupan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H