Selain itu, gerakan pemuda hari ini juga terpecah belah. Contoh misalnya, di tingkat nasional ada KNPI yang hari ini memiliki dua matahari. Lalu pada mahasiswa , gerakan-gerakan itu terpecah dalam BEM-SI dan BEM-NAS misalnya. Kemudian di tingkat universitas, persaingan antar kelompok organisasi mahasiswa tak bisa terhindarkan.Â
Baik saat pemilu raya, maupun saat awal masa orientasi mahasiswa baru. Tarik-tarikan suara atau calon anggota, tak jarang berakhir pada permusuhan antara organisasi maupun antar individu.
Yang jadi pertanyaan besar sebenarnya, apa tujuan organisasi mahasiswa hari ini?
Saat beberapa waktu lalu, ketua BEM UI melancarkan aksi kartu kuning jokowi. Kritik pedas terhadap pemerintah itu sebenarnya adalah sebuah angin segar bagi pergerakan mahasiswa.
Meski Jokowi sama sekali tak merasakan hal itu sebagai ancaman, kita tahu pengaruhnya cukup besar. Zaadit sebagai ketua BEM UI saat itu dipuja dan dihina.
Nah, ini yang ingin kami garis bawahi.
Adalah sesuatu yang wajar apabila banyak alumni UI yang bereaksi terhadap aksi tersebut, terutama mereka yang merasa 'Kursi'nya digoyang-goyang oleh Zaadit.
Namun yang aneh, ada beberapa mahasiswa organisasi baik dari UI sendiri maupun dari universitas lain yang menanggapi hal ini justru dengan sebelah mata.
Pernyataan-pernyataan seperti aksi ini sarat akan politik, Zaadit hanya mencari eksistensi, bahkan ada yang berpendapat bahwa aksi ini tak berpengaruh apapun dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Seakan-akan ia diserang, justru oleh kaumnya sendiri.
Jika dilihat dari kacamata psikologis, hal ini terjadi kemungkinan besar akibat dari terpecah-belahnya gerakan mahasiswa tadi. Orang-orang yang merasa outgroup dari Zaadit menyerangnya habis-habisan.
Sederhananya, mereka yang tidak seorganisasi dengan Zaadit merasa ia adalah saingan. Maka apabila ia melakukan sesuatu yang baik, orang-orang yang menempatkan diri sebagai saingan tadi menjadi gerah.