Tanggal 06 Oktober 2018 Metro TV menayangkan program melawan lupa ( Jejak kearifan dari Buton ), mengingatkan kembali serpihan -- serpihan sejarah masa lalu tentang Pulau Buton di masa kesultanan dan di masa bergabungnya ke NKRI. Ada beberapa poin yang menurut saya bisa di ambil dari penayangan tersebut.
Posisi Buton yang letaknya di wilayah pesisir memungkinkan adanya hubungan komunikasi jalur perdagangan ataupun pelayaran, tempat peristrahatan para pelaut dari timur ke barat atau dari barat ke timur. Dan "letak pulau buton mendapat apreseasi dari seorang belanda J.P Coen bahwa Buton mempunyai pelabuhan alam yang indah (Prof. Susanto Zuhdi).
Jauh sebelumnya Informasi tentang pulau Buton juga sudah di kenal Empu prapanca dalam bukunya ( Negara kertagama ) dimana Pulau Buton memiliki hubungan yang sangat erat dengan kerajaan majapahit pada abad ke 14 ( Prof. Susanto Zuhdi ) ini menandakan bahwa Buton sudah menjadi salah satu ikon wilayah dibawah pengaruh kerajaan majapahit saat itu.
Perubahan terjadi di kerajaan Buton menjadi kesultanan yang di tandai di berlakukanya " Undang -- undang Kesultananan atau MURTABAT TUJUH yang di ambil dari unsur -- unsur ISLAM (Prof. Toni Rudiansah) dan Sultan yang di tunjuk Pertama kali memerintah Kesultanan Buton adalah Sultan Murhum anak dari Raja Terakhir Muna atau Mantu dari Raja Mulae. Untuk itu semua aktifitas pemerintahan pada saat itu sudah berlandaskan islam Â
Hasil Sidang Jenewa memutuskan bahwa Negara yang merupakan jajahan Belanda merupakan wilayah Kesatuan Indonesia (prof. Susanto zuhdi) Kesultanan Buton bukan merupakan jajahan Belanda sehingga Presiden Soekarno meminta kesultanan Buton untuk bergabung dengan NKRI yang di tandai dengan penanda tanganan perjanjian yang di wakili oleh Sultan Falihi saat itu  melawan lupa metro TV).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H