[caption caption="dok.pri | Seorang ibu nampak sedang asyik menenun kain"]
[caption caption="dok.pri | Ini adalah selendang tenunan khas Baduy, mereka mengerjakannya dalam waktu kurang lebih satu minggu per selendang. Untuk pembuatan perdana sebuah selendang, seorang anak gadis diwajibkan untuk menenun hanya dengan benang putih. Tahap kedua mulai menggunakan dua warna, tahap ketiga tiga sampai empat warna, dan seterusnya. Warna utama dan warna khas suku baduy luar adalah warna pink, biru terang dan kuning. "]
[caption caption="dok.pri | Teh Misnah bersama temanku Noey. Teh Misnah sedang memotong kain ini menjadi tiga bagian. Hebatnya kain-kain ini dipotong hanya menggunakan golok. Bayangkan mereka membuat 3 motif yang berbeda dalam satu rangkaian kain. Motif pertama garisnya dibuat rapat, dibuat untuk anak-anak lelaki yang berusia remaja, motif kedua dibuat sedikit renggang, untuk dewasa. Dan motif terakhir garisnya dibuat agak jarang, untuk para orangtua. Kain ini dibuat khusus untuk laki-laki suku Baduy Dalam. "]
[caption caption="dok.pri | Ini adalah beberapa contoh kain dan selendang khas Baduy yang diperjualbelikan kepada para wisatawan lokal maupun luar. Satu kain proses pembuatannya dihasilkan selama satu bulan. Ada dua jenis motif kain yaitu motif adu mancung dan motif songket. Untuk jenis songket motifnya dibuat penuh sekelilingnya, sedangkan adu mancung motifnya hanya terdapat di kedua ujung kain. "]
[caption caption="dok.pri | Marno, aku, Noey dan Mul"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H