Mohon tunggu...
E Sri Mulyati MA
E Sri Mulyati MA Mohon Tunggu... Administrasi - Sekretaris

I'm a freelance translator & researcher and love to travel and hike as well. My hobby is watching movies, listening to all kinds of music, collecting and reading books.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ke Baduy Aku Kan Kembali

1 April 2016   15:25 Diperbarui: 2 April 2016   01:34 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua jam, akhirnya kami pun tiba di Dusun Kanekes tepatnya dirumah Kang Sarpin. Di sana kami disambut dengan ramah oleh Teh Misnah, istri Kang Sarpin.

[caption caption="dok.pri | Noey, aku dan Mul (membawa barang-barang kami tetap dengan senyuman sementara kami menghela napas satu-satu di sepanjang perjalanan). Terimakasih Mul..."]

[/caption]

[caption caption="dok.pri | jalan setapak menuju perkampungan Baduy Luar"]

[/caption]Setelah saya cermati, di lingkungan masyarakat Baduy terdapat beberapa pantangan yang wajib ditaati oleh seluruh warganya. Pertama, semua warga Baduy tidak diperkenankan untuk bepergian dengan menggunakan alas kaki dan kendaraan apapun, baik itu sepeda, motor ataupun mobil (karena medannya memang tidak diperuntukan untuk perlintasan kendaraan. 

Kedua, warga Baduy, khususnya Baduy Dalam tidak diperbolehkan memakai dan memasang peralatan listrik. Ketiga, warga Baduy tidak diperbolehkan untuk membaca dan menulis. Keempat, warga Baduy dilarang memakan dan atau memelihara kambing (disini mereka hanya memelihara ayam). Kelima, warga Baduy dilarang memakai gadget seperti telpon selular dan sejenisnya.

[caption caption="dok.pri | ini teh Misnah, dia adalah istri dari kang Sarpin, Ketua adat suku Baduy Luar, setara dengan Lurah. Teh Misnah dan kang Sarpinlah yang menjadi tuan rumah tempat kami bermalam. Mereka mempunyai dua anak lelaki yang bernama Mulyono dan Marno. Mulyono sudah berkeluarga, sedangkan Marno berusia sekitar kelas 2 SMP."]

[/caption]

[caption caption="dok.pri | seorang gadis suku Baduy sedang menenun"]

[/caption]

Ada sesuatu yang mencengangkan bagi saya yaitu semua anak laki-laki warga Baduy mulai usia 7 hari sejak dilahirkan, mereka diungsikan ke ladang sampai menjelang remaja, namun tentu saja mereka didampingi ibunya, mereka dibekali sebuah golok yang gunanya untuk berladang dan mempertahankan diri. Maka tidak aneh, untuk memotong rambut bahkan memotong kuku, semua mereka lakukan dengan menggunakan golok. Dan untuk kegiatan masak memasak mereka lakukan dengan tungku perapian.

Sistim perkawinan mereka adalah dengan perjodohan. Dari mulai bayi mereka mulai dijodohkan. Usia pernikahan bagi anak perempuan antara 9-12 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki 16-18 tahun. Jarak antara lamaran dan upacara pernikahan adalah satu tahun lamanya. Masyarakat Baduy tidak mengenal perceraian, oleh karena itu usia perkawinan mereka berlangsung lama bahkan hingga salah satunya meninggal.

Yang menarik adalah, pada masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam, setiap bangunan rumah hanya memiliki satu buah pintu tanpa jendela dan pintu belakang. Hal ini untuk menghindari adanya poligami. Karena prinsip mereka adalah, jika mereka memiliki banyak pintu atau jendela berarti mereka memiliki istri lebih dari satu. Tapi sejauh ini tidak pernah ada kejadian pada masyarakat Baduy untuk memiliki istri lebih dari satu. Dalam satu hari mereka bisa mendirikan dua puluh rumah tanpa menggunakan paku.

Upacara pernikahan masyarakat Baduy dipimpin oleh Puun, atau Tetua Adat, sedangkan untuk upacara kematian dipimpin oleh seorang Penghulu.

Masyarakat Baduy berladang setiap harinya, dari Senin hingga Jum'at. Adapun untuk hari Sabtu dan Minggu adalah waktu mereka untuk berkumpul dengan keluarga tercinta, dan hari mereka menerima wisatawan berkunjung ke perkampungan Baduy. Baduy luar bisa dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing. Sedangkan Baduy Dalam hanya boleh dikunjungi oleh wisatawan lokal, dengan alasan untuk menjaga kearifan lokal mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun