Mohon tunggu...
EJK
EJK Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perang Dagang China - AS Kapankah Berakhir?

8 Desember 2018   01:40 Diperbarui: 8 Desember 2018   01:48 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

China memang gila, belum pernah ada satu pun negara di dunia ini yang berani menantang sang adikuasa ekonomi dan militer dunia. Siapa lagi kalau bukan si negeri Paman Sam itu. Hanya China yang berani beradu kuat ekonomi dengan AS.

Rusia, pesaing AS terkuat dari sisi militer itu pun akan berpikir ulang jika harus berhadap-hadapan dengan AS soal ekonomi. Saat Trump memanggil pulang "hot money" para investor dan para pialangnya di bursa-bursa dunia dengan iming-iming bunga The Fed, maka perkasalah dolar, jebloklah mata uang negara-negara dunia.

Saat banyak negara kelabakan mata uangnya hancur dikangkangi dolar, China bukannya mengikuti atau sengaja bertahan dari gempuran dolar, namun malah sengaja menurunkan mata uangnya. Trump kecele, ternyata strateginya menguatkan dolar dan memanggil pulang uang ke negerinya malah disambut China dengan strategi ajaib.

China sengaja mengabil langkah melemahkan yuan agar harga-harga barang produksi China menjadi murah. Tentu saja ini menarik minat para importir luar yang butuh barang-barang produksi mereka. Dan tentu saja juga sekaligus menjaga jumlah dan nilai barang yang bakal mereka ekspor.

Namun imbasnya, sejumlah negara di Asia, seperti Singapura, Selandia Baru, Australia, dan Korea Selatan nilai mata uangnya ikut melemah terhadap dolar AS. Mengikuti China, mereka melemahkan mata uang, agar barang produksi mereka juga bisa bersaing dengan China.

Ajaibnya lagi, China malah mengalami surplus perdagangan US$31,05 miliar atau sekitar Rp460 triliun dengan AS pada Agustus 2018 lalu. Jumlah surplus ini meningkat dibandingkan sebelumnya US$28,08 miliar atau sekitar Rp416 triliun pada Juli.

Surplus ini terjadi karena para eksportir China mempercepat pengiriman barang ke AS untuk mendului keaikant tarif. Artinya dalam 8 bulan pertama 2018 ini, jumlah surplus Cina telah naik 15 persen meski AS telah mengenakan kenaikan tarif atas impor sekitar US$50 miliar atau sekitar Rp741 triliun sejak Juli 2018.

Trump merespon dengan menyebut bakal menaikkan tarif untuk impor sekitar US$200 miliar atau sekitar Rp3000 triliun secepatnya. Dia juga bakal menyiapkan tarif untuk impor US$267 miliar atau sekitar Rp4 ribu triliun.

Itu hanya sebagian kejadian yang berkaitan dengan perang dua raksasa dunia itu, rentetannya banyak sekali dan berlangsung cukup panas antar dua negara. Dan ini mengkhawatirkan banyak negara-negara berkembang.

Sampai-sampai Presiden Jokowi dalam pidatonya di KTT IMF-Bank Dunia di Bali harus menyindir dua negara tersebut. Jokowi mengibaratkan kondisi dunia saat ini layaknya Game of Thrones perang hebat melawan Night King dalam cerita fiksi perebutan Iron Throne.

Dalam serial"Game of Thrones", sejumlah houses, Great Families bertarung hebat antara satu sama lain, untuk mengambil alih kendali "the Iron Throne". "Mother of Dragons" menggambarkan siklus kehidupan. Perebutan kekuasaan antar-para "Great Houses" itu bagaikan sebuah roda besar yang berputar. Seiring perputaran roda, satu Great House tengah Berjaya, sementara House yang lain menghadapi kesulitan, dan setelahnya, House yang lain Berjaya, dengan menjatuhkan House yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun