Tepuk tangan meriah untuk Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, tuan-tuan telah berhasil membujuk Gayus Tambunan untuk pulang ke Indonesia dari Singapura. Luar biasa untuk Satgas yang telah begitu “gigih” menangani kasus Gayus ini, pastinya tuan-tuan telah berhasil mendongkrak popularitas dan prestasi satgas.Keberhasilan Denny Indrayana dan Mas Achmad Santosa membujuk si Gayus membuat kita berdecak kagum sekaligus bertanya-tanya, jurus jitu apa yang dikeluarkan kedua tuan ini hingga staf pajak itu dengan sukarela digiring pulang.
Kalau boleh bertanya, kenapa tuan Denny cs harus repot-repot ke Singapura untuk membujuk Gayus.Bukankah tuan Denny menyebutkan beberapa waktu setelah kasus ini terkuak, Gayus pernah datang menemui satgas (bahkan sampai 3 kali; 19 Maret, 22 Maret dan 24 Maret) untuk curhat, entah untuk apa pertemuan curhat-curhatan ini.Kenapa tuan Denny tidak “membujuk” si Gayus saat itu juga, kenapa dibiarkan melenggang sampai ke Singapura.Ah tuan, kami tak bisa memahami jalan pikiran orang-orang pintar seperti anda dengan titel sepanjang gerbong kereta.
Tolong beritahu kami alasannya tuan, banyak sekali pertanyaan di kepala ini.Jika tuan tidak menjawab, tentu kami boleh menjawab sendiri, membuat opini sendiri.Tidak salah bukan jika si Gayus dipersilahkan pergi untuk kemudian menjadi aktor sinetron yang dengan mudah dapat ditebak akhir jalan ceritanya.Dan tentunya luar biasa happy ending penangkapan Gayus, semudah mencuri permen dari balita. iya kan tuan ?Ketidaksengajaan pertemuan sungguh-sungguh sempurna layaknya dramatisasi sinetron layar kaca.Sebenarnya Gayus ini berniat kabur atau tidak sih, hebatnya dia bisa sesantai itu melenggang kangkung di Orchard Road.Bukankah daerah itu tempat berkumpul orang-orang Indonesia, tapi tampaknya dia sama sekali tak terganggung, tak ada beban bahkan sampai kembali ke negeri ini wajahnya tak menampakan rona ketakutan dan penyesalan.
The Special One, bolehkan julukan itu diberikan untuk staf pajak golongan IIIA ini.Tuan-tuan satgas, anda tidak boleh protes dong dengan julukan itu.Alasan pemberian gelar itu cukup kuat koq.Lihat saja, selain Satgas, Komjen Ito Sumardi sampai turun tangan “membujuk” Gayus pulang.Mau alasan yang lain lagi tuan-tuan satgas ?Itu loh, katanya Kapolri, Wakapolri dan Irwasum Polri ngeteh bersama Gayus di gedung Rupatama Mabes.Seorang teman sampai memplesetkan kejadian ini seperti iklan di televisi ; Mari ngeteh, mari bicara.
Jika target tuan-tuan untuk menyuguhkan sinetron kepada kami, berbahagialah, target anda tercapai.Ouw,ouw, target pasti tercapai tentunya, alur cerita penangkapan ini diangkat stasiun televisi dengan beberapa sekuel yang luar biasa heboh.Baiklah, setidaknya reallity show yang tuan-tuan tunjukan sejauh ini telah memendam cerita tentang Century, cerita tentang nasabah-nasabahnya yang bunuh diri.
Tuan-tuan Satgas, sebenarnya kami ingin sekali melihat tuan-tuan sedikit mempunyai kewenangan lebih.Bisa menyidik dan menuntut seperti KPK misalnya, bukan hanya akrobat jungkir balik menaikan citra dan pamor anda sekaligus sang pembentuk Satgas itu.Dengan fungsi demikian pasti satgas ini lebih mempunyai pamor besar seperti pamor keris luk tujuh Empu Gandring.
Oh, tentunya tak salah juga kan kalau ada yang berpikir tuan-tuan berakrobat.Ayin contohnya, bukankah kejadian sepert itu sudah rahasia umum (sebenarnya cerita tentang petugas pajak nakal ini juga).Dan setiap akrobat yang tuan-tuan tunjukan secara kebetulan menutupi cerita lainnya ya.Tentunya tuan masih ingat ketika menggrebek sel Ayin, besoknya tuan Wapres Boediono diperiksa Pansus Century.
Tuan-tuan pastinya sangat mengerti, apapun yang tuan-tuan lakukan pasti menyisakan pertanyaan tak terjawab di kepala kami.Kami haus kepuasan atas akhir dari apa yang terjadi pada negeri ini.Jika tuan-tuan Satgas tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kami, alangkah baiknya Tuan Kuntoro Mangkusubroto dan kawan-kawan mengembalikan mandat kepada tuan Presiden.Sudah terlalu banyak tim yang dibentuk dan tidak dapat memberi jawaban yang memuaskan dahaga kami.
“Oiya tuan Satgas, tolong juga bawa pulang koruptor-koruptor di Singapura itu ya !!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H