Manusia dan Plastik seolah menjadi sesuatu yang sulit dipisahkan, ketergantungan manusia terhadap plastik seketika menjadi ancaman keberlasungan lingkugan dan hidup manusia itu sendiri.Â
Hal ini pula yang mendasari beberapa gerakan di Indonesia agar masyarakat lebih bijak menggunakan perlengkapan yang berbahan dasar plastik. Sebut saja gerakan Diet Kantong Plastik  oleh Generation Indonesia yang tercatat memulai gerakannnya sejak  oktober 2010, Gerakan Anti sedotan Plastik yang juga mulai dikampanyekan di Indonesia.Â
Kampanye lingkungan sehat yang menekan penggunaan plastik semakin marak dilakukan di Indonesia oleh lembaga maupun individu yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, mulai dari penandatangan petisi, memberikan edukasi, hingga mendorong regulasi dalam bentuk peraturan daerah. Hal ini menjadi gambaran yang cukup  bahaya sampah plastik dan dampak yang ditimbulkan. Â
Dalam konferensi East Asia Summit (EAS) 2017 yang digelar di Bali Indonesia juga memberikan perhatian khusus terhadap pengendalian sampah plastik di lautan, langkah yang dilakukan Indonesia dalam kampanye melawan plastik dengan menerbitkan Perpres nomor 16 tahun 2017 tentang kebijakan kelautan Indonesia dan National Plan of Action in Marine Plastic Debris 2017-2025.
Setidaknya beberapa ilmuan sepakat bahwa sekitar 8,8 juta ton plastik melayang di lautan tiap tahunnya. Sampah-sampah ini tidak hanya mengancam jutaan spesies laut tetapi juga berdampak pada keberlansungan hidup manusia. Terutama mereka yang memanfaatkan dan bergantung hidup pada laut.
Plastik berbahan dasar kimia beberapa perusahaan memang mendesain agar produknya dapat bertahan lama sehingga membutuhkan waktu 500-1000 tahun untuk diurai, bahkan beberapa jenis plastik masih tetap utuh dengan kondisi yang sama pada saat diproduksi tertanam dalam tanah atau mengapung di dalam laut. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik terus bertumpuk dan mengalami peningkatan hingga sulit dikendalikan.
Plastik yang menyumbang sampah terbanyak adalah sampah plastik sekali pakai.
Plastik tidak selamanya buruk, beberapa alat plastik bekerja untuk menyelamatkan manusia, seperti alat medis, helm yang berguna di kepala, perlengkapan rumah tangga, botol air mineral membantu kita mudah membawanya kemana-mana dan dapat membantu orang lain. Buruknya adalah kita menggunakan lalu membuangnya lebih banyak dibanding yang kita butuhkan.Â
Bayangkan ketika ibu-ibu berbelanja, makanan, botol minuman, sedotan, dan kemasan plastik lainnya semua itu adalah plastik yang akan terbuang setelah sekali pakai, National Geographic mencatat 40 persen dari sampah adalah sampah plastik sekali pakai.