Kelompok-kelompok masyarakat inilah yang memiliki kesadaran, menyalurkan penghargaan, dan rasa syukurnya terhadap alam dalam bentuk tradisi. Beberapa tradisi ada yang dapat bertahan dan hilang disapu arus modernisasi.
Apanaung ri ere
Satu dari kebiasaan masyarakat Kampung Sarroanging terdapat dalam resepsi pernikahan dan ritual pengantin baru. Seperti apanaung ri ere, ritual ini dilakukan sehari sebelum pesta pernikahan, biasanya dilaksanakan pada pukul 02:00 hingga pukul 04:00 menjelang sholat subuh. Pada umumnya acara Appanaung Ri ere di iringi musik Ganrang tallua (gendang) alat musik tradisional suku Makassar.Â
Rombongan ini membawa sebuah sampang yang dibuat dari pelepah pisang yang dibentuk seperti rumah. Sampang tersebut diisi dengan buah-buahan, kue tradisional, sebagai bentuk penghargaan kepada leluhur dan alam. sampang ini akan dihanyutkan kedalam sungai yang mengalir dari mata air Salu Coddanggang.
Patarakka
Selain ritual appanaung ri ere bagian yang tidak terpisahkan dalam resepsi pernikahan adalah Patarakka. Ritual ini dimaknai sebagai bentuk bersih-bersih pasangan pengantin baru. Membersihkan segenap jiwa dan raga, lahir dan batin, sebagai bentuk persiapan diri dalam mengarungi kehidupan baru.
Anyapu Battang
Tidak hanya sampai disitu, setelah sang istri hamil pada usia kehamilan tujuh bulan diwajibkan untuk mandi di salu ini. Ritual ini dilaksanakan setelah acara (Anyapu Battang) atau tujuh bulanan. Ritual ini dilakukan dengan harapan ibu dan calon bayi diberi kesehatan dan keselamatan, bersih lahir dan batin.Â
Bayi yang kelak lahir menjadi anugerah dan dapat bermanfaat bagi masyarakat layaknya salu atau mata air yang memberikan sumber kehidupan. Ritual ini rutin dilakukan setiap hari senin dan jumat hingga proses kelahiran bayi.
Selain segarnya air Salu Coddangang dan kebiasaan masyarakat setempat tersimpan sebuah edukasi pentingnya menjaga sumber-sumber kehidupan, seperti mata air yang dapat bermanfaat bagi kebutuhan air bersih dan pengairan pertanian.Â