Di era digital yang sudah sangat maju ini, banyak orang yang menggunakan media sosial sebagai sumber utama dalam mencari atau mendapatkan informasi. Mulai dari berita terkini, hiburan, hingga informasi kesehatan tersedia menjadi satu dalam satu genggaman handphone. Namun, dibalik derasnya informasi ini, tentu saja terdapat resiko di dalamnya, terutama karena tidak semua informasi berasal dari sumber kredibel yang dapat dipercaya. Untuk itu, sebagai orang yang bijak, kita harus memiliki kemampuan memfilter informasi atau filterisasi informasi. Kemampuan ini menjadi sangat penting agar kita semua dapat memilah antara fakta dan hoax (misinformasi). Literasi digital inilah yang menjadi kunci dalam memahami dan menyaring informasi dengan bijak.
Mengapa Filterisasi Informasi Penting?
Filterisasi Informasi adalah proses memilah informasi yang relevan dan kredibel dari berbagai konten yang tersebar luas di media sosial. Menurut penelitian dari Journal of Media Literacy Education, salah satu masalah utama di media sosial adalah banyaknya hoax dan misinformasi yang dapat memengaruhi opini publik dan bahkan merusak hubungan sosial di masyarakat (Koltay, 2011).Tanpa kemampuan untuk memfilter informasi, seseorang dapat mudah mempercayai informasi palsu, dan lebih parahnya dapat menyebarkannya lebih jauh.
Misinformasi di media sosial biasanya dibuat dengan dengan judul yang sensional agar pengguna tergoda untuk mengklik atau membagikannya tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Istilah ini dapat disebut dengan "clickbait" dan menjadi taktik yang biasa digunakan dalam penyebaran informasi palsu (Chen, 2019). Dengan kemampuan filterisasi informasi yang baik, kita dapat melatih diri kita untuk menjadi lebih kritis terhadap konten seperti ini.
Literasi Digital sebagai Solusi
Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan bijak. Menurut European Journal of Communication, literasi digital bukan hanya mengenai kemampuan teknis, tetapi juga melibatkan pemahaman akan kredibilitas suatu sumber, pengenalan bias, dan kesadaran akan dampak dari berbagai informasi (Livingstone, 2004). Literasi digital dapat membantu kita mengenali berita yang akurat dan relevan, serta memisahkan informasi tersebut dari konten-konten yang menyesatkan.
Literasi digital juga penting untuk memahami algoritma suatu media sosial yang biasanya hanya akan menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna. Walaupun algoritma ini memberikan kenyamanan, itu juga dapat menciptakan echo chamber atau gelembung informasi, di mana pengguna hanya akan menerima informasi berdasarkan apa yang mau mereka dengar dan lihat, sehingga jarang terpapar opini yang berbeda. Tentu saja hal ini dapat beresiko menurunkan kemampuan berpikir kritis dan membatasi pandangan terhadap isu-isu tertentu (Pariser, 2011).
Bagaimana Cara untuk Filterisasi Informasi?
Untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak, yuk simak langkah-langkah sederhana dalam memfilter informasi:
1. Periksa sumber informasi
Pastikan informasi yang kita dapat berasal dari sumber yang jelas dan kredibel. Untuk mengetahui jelas atau tidaknya suatu sumber, dapat dilihat dari identitasnya, reputasi sumbernya, dan referensi dari sumber yang tercantum.
2. bandingkan dengan sumber lain
Jangan hanya bergantung pada satu sumber. Kita harus membandingkan informasi tersebut dengan sumber yang lain agar dapat dibuktikan konsistensi dan kebenarannya.
3. Waspada pada konten emosional
Kita harus waspada terhadap berita yang terlalu menonjolkan emosi, baik itu kemarahan, simpati, atau ketakutan, karena berita tersebut biasanya hanya dibuat untuk menarik perhatian. Sebagai pengguna yang bijak, kita harus menjadi kritis terhadap konten sejenis ini.
Saat kita mampu memfilter informasi secara kritis, kita turut membangun lingkungan digital yang lebih sehat, penuh dengan informasi yang dapat dipercaya. Yuk, jadikan literasi digital sebagai bekal utama dalam bermedia sosial agar kita bisa menjadi pengguna media sosial yang cerdas dan bertanggung jawab di era digital ini!
Referensi
- Chen, G. M. (2019). The Impact of Misinformation on Social Media. Journal of Media Studies, 32(1), 12-19.
- Koltay, T. (2011). The media and digital literacy in the light of the misinformation society. Journal of Media Literacy Education, 3(2), 15-22.
- Livingstone, S. (2004). Media Literacy and the Challenge of New Information and Communication Technologies. European Journal of Communication, 19(1), 6-8.
- Meikle, G. (2016). Social Media: Communication, Sharing and Visibility. New Media & Society, 18(4), 657-663.
- Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. New York: Penguin Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI