Hingga pemeriksaan tanggal 24 Januari 2012 kemarin, penyidik KPK belum berhasil mengorek keterangan dari tersangka Nunun Nurbaeti, tentang tokoh intelektual dan penyandang dana kasus suap cek pelawat.
Istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu selalu menyatakan tidak tahu menahu soal siapa yang menyuruh dan mendanai pembelian 480 lembar cek perjalanan senilai Rp 24 M. Dia hanya mengaku sebagai TUKANG POS yang membantu membagikan cek pelawat kepada sejumlah anggota DPR periode 1999-2004, dengan bantuan bawahannya yang bernama Arie Malangyudo.
Pertanyaannya: jika tidak tahu asal-usul cek perjalanan tersebut, dan siapa yang minta tolong untuk membagi-bagikannya, mengapa Nunun Nurbaetie bersedia mengambil resiko hukum untuk membantu? Atau dia tahu, tapi, karena alasan tertentu, tidak mau memberi tahu?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya mengajak anda untuk menyimpang sejenak dari kasusnya bu Nunun. Anda yang suka melihat film aksi berlatar KEBUT-KEBUTAN mobil, tentu tak asing dengan film lama THE TRANSPORTER yang dibintangi aktor plontos Jason Statham.
Dalam film tersebut, tokoh utama bernama Frank Martin, berprofesi sebagai PENGANTAR BARANG dengan mengendarai sedan BMW Seri 7. Tentu saja ini adalah profesi ilegal yang berpotensi melanggar hukum, arena para pengguna jasanya adalah para tokoh mafia, dan barang yang harus diantar kemungkinan besar adalah barang-barang ilegal.
Yang menarik, untuk mengesankan penyewa jasanya, dan menunjukkan PROFESIONALISME sebagai pengantar barang, dia punya beberapa aturan. Diantaranya adalah: NO NAME, tanpa menyebut nama. Dia tak ingin tahu siapa orang yang menyewa jasanya, dan siapa orang yang akan menerima barang yang diantar. Diapun tak ingin tahu tentang barang yang akan diantarkan. Meskipun akhirnya dia terpaksa melanggar aturannya sendiri, dengan melihat BARANG yang dia antar, yang ternyata seorang gadis, dan...terlibat masalah besar dengan bos mafia yang menyewa jasanya!
Kembali ke masalah Nunun Nurbaetie, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, dia tahu dan berkomunikasi intensif dengan dalang dan penyandang dana kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom, sebelum dan sesudah kasus terungkap ke publik, akibat nyanyian politisi PDIP Agus Condro.
Diduga telah ada kesepakatan dan saling pengertian, serta kemungkinan ada sedikit ancaman, antara bu Nunun dan orang atau sekelompok orang yang MINTA BANTUANNYA, untuk tidak membocorkan jati dirinya. Apapun resikonya!
Kedua, seperti tokoh Frank Martin dalam film THE TRANSPORTER, Nunun Nurbaetie tidak mau tahu siapa yang menyewa jasanya dan dari mana asal usul cek pelawat yang harus didistribusikan kepada sejumlah anggota DPR tahun 2004 yang lalu.
Yang penting dia lakukan tugasnya, dan mendapatkan imbalannya!
Manapun yang benar diantara keduanya, hal tersebut menunjukkan PROFESIONALISME Nunun Nurbaetie dalam menjalankan peran dan pekerjaannya. Apakah penilaian saya berlebihan?(E. SUDARYANTO-250112)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H