Pernyataan dan komentar sinis yang bertebaran di situs berita dan jejaring sosial seputar "hajatan mantu" yang digelar Presiden SBY dan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, adalah sesuatu yang wajar.
Menurut saya, hal tersebut di atas merupakan refleksi dari sikap dan cara pandang tokoh dan masyarakat terhadap pribadi dan jabatan politik yang disandang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Hatta Rajasa.
Selain itu, warna-warni atau lebih tepatnya hitam-putih tanggapan para tokoh dan masyarakat atas perhelatan akbar pernikahan IBAS dan ALIYA, juga sangat tergantung pada tujuan dan dalam konteks apa mereka menyatakan hal tersebut.
Pada skala yang lebih kecil, sebenarnya tanggapan tokoh dan masyarakat seperti yang saya maksud di atas, tak beda jauh dengan tanggapan kita terhadap tetangga kampung yang sedang PUNYA GAWE, yang cukup wah dan cukup mengganggu, karena gelegar suara sound system yang membuat kita tak nyenyak tidur. Atau kita harus berjalan jauh memutar karena jalan yang ditutup untuk keperluan hajatan.
Jika yang punya acara adalah orang yang kita anggap baik, baik dalam hal moral dan tata pergaulan dengan warga sekitar, kitapun masih dapat memaklumi dan memaafkan segala kerepotan yang ditimbulkan.
Namun jika yang mengadakan hajatan adalah orang yang kita persepsikan buruk...jangankan jika mereka sedang mengadakan pesta perkawinan atau khitanan, jika orang tersebut meninggal sekalipun, mungkin kita masih tega berkomentar: SUDAH MATI, MASIH JUGA MEREPOTKAN TETANGGA!!! (E. SUDARYANTO-26112011)
