Mohon tunggu...
Eko Sudaryanto
Eko Sudaryanto Mohon Tunggu... Freelancer - Awam yang beropini

Awam yang beropini!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan lagi berkata: "Orang Miskin Dilarang Sakit!"

29 Juni 2011   11:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan lagi berkata: "Orang miskin dilarang sakit!"

Meskipun kalimat tersebut terlihat keren pada poster yang diacung-acungkan para mahasiswa, sambil berjingkrak mengelilingi ban bekas yang mereka bakar di tengah jalan...


Meskipun kalimat tersebut, mampu mencairkan sejenak ketegangan para narasumber yang sedang berdebat sengit di TV, tentang BURUKNYA LAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN...


Namun bagi rakyat miskin, mendengar kalimat tersebut di atas, mungkin lebih menyakitkan daripada rasa sakit yang mereka derita akibat penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya!


Bagaimana tidak? Jika mereka tidak boleh sakit, tentunya mereka harus selalu sehat! Namun bagi rakyat miskin, upaya agar selalu sehat justru merupakan masalah yang cukup rumit.


Bagaimana dapat selalu sehat, jika yang mereka santap sehari-hari adalah makanan yang tak bergizi, dan bahkan tak layak konsumsi? Tentu anda pernah mendengar, atau bahkan melihat dengan mata kepala sendiri, orang yang makan nasi aking. Nasi basi yang lebih layak untuk pakan bebek atau ayam peliharaan mereka. Namun terpaksa mereka konsumsi, karena tak mampu membeli beras.


Bagaimana dapat selalu sehat, jika mereka terpaksa harus bertempat tinggal di rumah kumuh dan pengap, di lingkungan yang tidak sehat? Seperti mereka yang tinggal di bantaran sungai, yang airnya hitam dan berbau busuk karena polusi, dan berteman tumpukan sampah yang menggunung!


Lalu, kalau orang miskin dilarang sakit, sedangkan untuk hidup sehat mereka tak mampu, apa solusinya?

Sambil tersenyum kecut, seorang teman memberi solusi:

"Kalau memang sudah takdirnya, orang miskin nggak usah sakit dulu. Langsung mati saja..."


Cukup masuk akal bagi mereka yang otaknya agak error. Namun mungkin teman saya itu lupa. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, orang mati juga memerlukan banyak uang agar dapat dimakamkan secara layak...!(E. Sudaryanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun