Mohon tunggu...
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛) Mohon Tunggu... Lainnya - Independent Researcher

menekuni dan melibatkan diri aktif dalam praktek pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah, terutama berkaitan dengan pendidikan nonformal/informal dan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan wilayah dan daerah http://www.call-hardy.blogspot.com/ Mobile: +62.8562127048

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Lebaran di pojok desa

2 September 2011   14:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sudah berapa kali mudik lebaran, suasana ceria berkumpul dengan anggota keluarga seperti paman dan bibi tidak dirasakan. Bahkan Idul Fitri 1432 H ini pun, keceriaan dalam canda di warung pojok desa hanya menjadi cerita nostalgia di saat kami bercengkrama di rumah peninggalan mendiang kakek dan nenek.

Pada hari pertama lebaran, setelah melakukan ujhung banyak di antara anggota keluarga, seperti paman, bibi dan beberapa keponakan sudah biasa merayakan lebaran di warung pojok desa. Warung ini memang hingga sekarang terletak di pojok desa yang bisa dijumpai di sebelah kanan arah jalan menuju Cangkringan dari Kalasan, Yogyakarta.

Sudah lima kali mudik, warung jok ndeso ini biasa disebut, tidak lagi menyuguhkan menu khas ‘pelepas rindu’ makan di siang hari, berupa tahu guling dan es dawet. Nama tahu guling sendiri tidak ada cerita apalagi asal usul yang bisa dijadikan referensi apalagi mewakili bentuk sajian. Tahu guling adalah campuran tauge dan kubis rebus, irisan ketupat, irisan tahu bacem yang digoreng, serta taburan bawang goreng ditambah seledri jika suka. Semua campuran itu di atas piring disiram kuah yang dibuat dari cabe rawit, bawang putih dan bawang merah yang dihaluskan kemudian diaduk dalam air gula aren. Kuah ini sekilas mirip kuah yang diberikan manakala menikmati ‘tahu gejrot’ asal Cirebon.

Makan di siang hari setelah berkeliling mengunjungi kerabat dan keluarga di kampung tetangga, tahu guling dan es dawet menjadi pengganti makan siang. Tentu saja, makan siang seperti ini lebih mak nyos, setelah sebulan penuh berpuasa saat makan di siang hari diharamkan.

Lebaran hari pertama 1432 H, bahkan sejak lima tahun silam dan seterusnya, tahu guling dan es dawet tinggal kenangan meski warung di pojok desa masih tetap ada. Hanya senyum hambar dan kecut menyertai lirikan saat setiap kali melintas di depan warung ini. Di sebelah selatan warung kini sudah berdiri pabrik yang memproduksi sarung tangan golf. Padahal tahu guling dan es dawet akan laris dijadikan menu andalan tidak hanya pada saat lebaran. Ternyata, setelah pengelola warung itu berpindah tangan dan diwariskan kepada anaknya, selain warung dan isinya, kekayaan ‘intelektual’ menu tahu guling dan es dawet tidak ikut diwariskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun