Mohon tunggu...
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛) Mohon Tunggu... Lainnya - Independent Researcher

menekuni dan melibatkan diri aktif dalam praktek pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah, terutama berkaitan dengan pendidikan nonformal/informal dan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan wilayah dan daerah http://www.call-hardy.blogspot.com/ Mobile: +62.8562127048

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mudik lebaran dan ketrampilan berkendara

4 September 2011   16:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pelanggan setia mudik lebaran dengan kendaran sendiri baik roda dua maupun roda empat, jelas tidak hanya memerlukan stamina fisik. Lebih dari itu, kecakapan mengendarai kendaraan harus memberikan jaminan tiba di kampung halaman dan kembali dengan selamat di tempat asal.

Peningkatan kecelakaan selama mudik dan arus balik bukan hanya persoalan penguasaan pengetahuan atas spesifik kendaraan yang diulas kompasianer, apalagi dikaitkan dengan urusan nasib atau suratan takdir. Mendukung catatan Karman Mustamin atas tiga faktor yang ditengarai menyebabkan angka kecelakaan lalu lintas tinggi di Indonesia yakni penegakkan hukum, sarana prasarana jalan, dan terutama pengetahuan rendah masyarakat. Maka pengetahuan ini bukan hanya sekedar memahami spesifikasi kendaraan yang digunakan.

Saya sendiri melihat pengetahuan masyarakat sebagai pengguna jalan di saat mudik harus menjadi persoalan urgen bukan hanya menjelang lebaran, apalagi hanya mengandalkan proses pembelajaran di sekolah. Kita pahami bersama, banyak pembelajaran berlalu lintas di sekolah baik penyuluhan maupun kampanye tertib berlalu lintas hanya dialami pada masa sekolah yang telah berlalu lebih dari lima tahun silam. Pembelajaran ini pun hanya berisi muatan umum seperti pengetahuan tanda-tanda lalu lintas, dan pengetahuan ini pula yang kemudian dijadikan materi uji mendapatkan surat ijin mengemudi (SIM).

Untuk mudik lebaran menggunakan kendaraan sendiri hingga kembali di tempat asal dengan selamat, tidak cukup mengetahui pengetahuan tanda lalu lintas yang memang tidak berubah sejak pertama kali mngikuti ujian SIM. Dibutuhkan juga pengetahuan medan dan jalan yang hendak dilalui. Pengetahuan ini secara instant dapat dipelajari saat melihat tanda arah dan petunjuk rute jalan baik utama maupun alternatif. Kemudahan teknologi GPS memberikan bantuan bermanfaat dalam menentukan arah kendaraan. Jika pengetahuan medan dan jalan sudah dikuasai, itu pun belum memberikan jaminan keselamatan.

Konstruksi jalan dan prasarana jalan seperti penerangan, median, bahu jalan dan lain-lain memungkinkan setiap pengendara berinteraksi dengan pengguna jalan dan pengendara lain dalam beragam dimensi. Acap kali, interaksi ini menyulut emosi dan mengurangi kewaspadaan mengendarai kendaraan. Apalagi jika kita pahami dengan lebih seksama ‘bahasa isyarat dan lambang pengendara’ yang digunakan tidak sama, mulai dari menjumpai lampu sign kanan menyala, padahal arah kendaraan berlawanan hingga merubah arah mendadak tanpa isyarat. Belum lagi, kendaraan yang dikendarai tanpa lampu penerangan memadai. Semua ini adalah muatan pengetahuan yang tidak diperoleh ketika di sekolah.

Oleh karena itu ketika mudik, kapasitas pengetahuan pengendara harus seimbang dengan bekal yang tebal untuk pulang kampung dan kembali ke kota asal dengan selamat. Setiap pengendara saat mudik harus menguasai tiga pengetahuan utama, yakni: rute yang dipilih, kendaraan yang digunakan, dan perilaku pengendara lain di jalan. Ketiga pengetahuan ini sebagian besar diperoleh melalui pembelajaran di luar sekolah, apalagi karakteristik pengendara saat mudik banyak mewakili anggota ‘out-of-school community’.

Keterampilan berkendara saat mudik pun merupakan hasil akumulasi belajar melalui praktek mengendarai kendaraan sehari-hari. Jika memperhatikan jarak tempuh saat mudik, maka tidak dapat dikatakan sebanding dengan jumlah total berkendaraan sehari-hari, karena medan, konstruksi dan lingkungan jalan yang berbeda. Keterampilan berkendaraan yang ditopang oleh kebugaran fisik dan kewaspadaan psikis dapat mengembangkan sikap defensive. Sikap ini sangat bermanfaat di kala mudik, dibandingkan harus menyerobot, memotong jalur saat antri karena macet, apalagi sekedar mengejar waktu agar cepat kembali di kota tempat asal.

Peningkatan angka kecelakaan saat mudik lebaran 1432 H dapat dilihat dari proses pembelajaran masyarakat sebagai pengendara baik mobil maupun motor, jika demikian maka alternatif penurunan potensi angka kecelakaan dapat dilakukan melalui pendekatan pembelajaran bagi masyarakat pengendara di luar sekolah. Pekerjaan rumah setelah arus balik mudik dianggap berhenti, adalah menyiapkan, termasuk menyegarkan kelembagaan pembelajaran bagi masyarakat untuk mudik tahun depan agar nyaman, dan selamat. Dan yang pasti, selamat bukan hanya untuk diri dan keluarga sendiri namun berlaku juga untuk pengguna jalan dan pengendara kendaraan lain saat di jalan raya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun