Mohon tunggu...
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛)
Hardy Yang Ya Tao (扬 亚 涛) Mohon Tunggu... Lainnya - Independent Researcher

menekuni dan melibatkan diri aktif dalam praktek pendidikan bagi masyarakat di luar sekolah, terutama berkaitan dengan pendidikan nonformal/informal dan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan wilayah dan daerah http://www.call-hardy.blogspot.com/ Mobile: +62.8562127048

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sosialisme Indonesia 3/3 - Ketetapan Hati

17 November 2014   02:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:39 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sosialisme Indonesia bagian 1

sosialisme Indonesia bagian 2

Setelah banyak menyimak paparan hasil pengamatan dan pengalaman Jumadi mengenai lingkungan dan praktek di tempat bekerja. Barkah membalas dengan menceritakan hasil pengamatan dan pengalaman selama menimba ilmu di Cina, terutama berkenaan dengan peran pemerintah. Hal ini sekaligus menanggapi sikap apatis Jumadi terhadap pemerintah.

Jumadi mengungkapkan contoh bagaimana dana jamsostek dikemplang untuk kepentingan elit pemerintah untuk kepentingan politik. Dana milik pekerja ini digunakan bukan untuk kepentingan pekerja. Alhasil, pencairan klaim JHT rekan-rekan kerja Jumadi sempat harus ditunda. Setelah sekarang dikelola oleh BPJS, berharap dana milik pekerja ini lebih aman dan bermanfaat.

Barkah mencontohkan di Tiongkok, setiap orang mendapat ‘jatah’ tunjangan sosial sekitar ¥1000 (setara dengan Rp800ribu) dan berarti banyak serta berdampak banyak. Masyarakat Tiongkok tidak mengenal subsidi BBM namun fasilitas umum seperti jalan lebar, dan taman kota dilengkapi seperti alat permainan edukasi luar ruang dan alat kebugaran sederhana mudah dijumpai termasuk toilet umum yang gratis di setiap penjuru blok. Kepemilikan kendaraan roda empat sangat ketat diimbangioleh fasilitas angkutan umum perkotaan seperti bis kota yang terawat. Penumpang bis kota hanya diwajibkan jauh dekat membayar¥1, dengan memasukkan pada kotak kaca yang memudahkan pengemudi melihat penumpang telah membayar. Bis kota ini tidak melibatkan kondektur untuk mengumpulkan dan memeriksa penumpang jika belum membayar, bahkan tidak melibatkan petugas keamanan yang menjaga pintu masuk dan keluar agar penumpang tertib.

Jumadi memahami contoh di Tiongkok yang berhaluan komunis sebagai bentuk sama rasa sama rata, namun Barkah melihat contoh itu seperti kehendak Soekarno ketika melontarkan sosialisme Indonesia yang dijadikan sila kelima Pancasila.

Jumadi dan Barkah merasakankekayaan alam Indonesia,baik air, tanah dan udara masih belumdinikmati secara adil. Sambil berharap keadilan segera dirasakan, Jumadi dan Barkah menghendaki pemerintah selalu memiliki ketetapan hati untuk mewujudkan keadilanbagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun