Â
Â
      Candi Borobudur merupakan candi yang dibangun pada masa Dinasti Sailendra pada masa 780-840 Masehi dapat dikatakan pula bahwa candi Borobudur adalah peninggalan Budha terbesar di dunia. Situs ini pertama kali ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 yang pada saat itu dipimpin oleh Sir Thomas Stanford Raffles. Namun apabila dibandingakan dengan fungsinya sebagai Tempat pemujaan Budha, dapat dikatakan bahwa waktunya relative singkat yaitu hanya sekitar 150 Tahun saja,[1] dikatakan demikian karena apabila dihitung dari awal mula proses pembangunannya dari  pekerja yang menghias bukit Borobudur dengan batu-batu di bawah kekuasaan raja Smaratungga  kerajaan Sailendra. Dinasti Sailendra berakhir sekitar tahun 800-an masehi.Â
Karena terjadinya Gempa dan Tanah longsor menyebabkan terjadinya Malapetaka bagi candi Borobudur, Borobudur ditenggelamkan oleh timbunan tanah, waktu tertimbunnya Borobudur dapat dikatakan cukup lama sampai cukup untuk tanah yang menimbunnya menumbuhkan rerimbunan yang kian melebat, hingga menjelang tahun 1814-an Borobudur muncul dalam permukaan ilmu pengetahuan yang dibawakan oleh Sir Thomas Stanford Raffles Letjen Inggris (1811- 1816), beliau menugaskan insiyur untuk melakukan penyelidikan terhadap Borobudur, 200 orang melakukan penebangan, membakar semak-semak, dan menggali tanah pada sekitar area yang mengubur candi Borobudur. Pada tahun 1835 Borobudur mulai menampakan diri diatas bukit namun dalam kondisi kaki-kakinya yang masih tertimbun oleh tanah, hingga pada tahun sekitar 1890-1891 M kaki-kaki dari Borobudur akhirnya dibuka dan panel-panel pada relilef Borobudur yang terpendam  tersebut akhirnya terlihat.
      Sebagai peninggalan budaya yang didirakan pada masa kejayaan agama Budha Mahayana yaitu pada Abad IX, struktur  bangunan ini menggambarkan tentang lintasan kehidupan yang ditempuh oleh setiap individu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan Tempat Ziarah sehingga pada ukiran-ukiran relief yang terdapat di dinding-dinding candi Borobudur berisi petunjuk ajaran dari sang Budha Gautama melalui gambaran kehidupan-nya agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan, Namun dibalik kokohnya Borobudur pada masa kini pada masa lampau Borobudur sempat mengalami masa gawat yang hampir menjadi akhir dari Borobudur.
Re-Kontruksi Borobudur
      Pemugaran berencana Borobudur tersebut di lakukan untuk pertama kalinya oleh seorang insiyur Belanda, Theodor van Erp, pada awal abad ke-20. Dengan komando langsung dari Van Erp, sseluruh stupa yang tak tertata disusun ulang, jalur jalan yang tidak rata ditata Kembali / di rapikan, dan juga mengembalikan relief-relief pada tempat aslinya.
      Hasil dari proses pemugaran ini memang berhasil mengembalikan kejayaan dari Candi Borobudur, namun dari waktu yang dilaluinya dengan Borobudur menyadarkan van Erp bahwa selama tersembunyi di dalam tanah dan tertutup tumbuh-tumbuhan itu justru malah melindungi Borobudur dari pengaruh iklim, sedangkan beberapa kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan dan melestarikannya secara tidak menyeluruh justru mempercepat dari kehancuran Borobudur sendiri, Seusai dari Perang Dunia ke-2, Ketika Republik Indonesia lahir, Indonesia memperoleh sebuah warisan budaya semesta yang sangat berharga sekaligus sangat rapuh, penelitian-penelitian yang dilakukan pun semakin memperjelas adanya proses pemercepatan kerusakan dari Borobudur itu sendiri.
      Usaha untuk pemugaran situs candi dilakukan sejak awal kemerdekaan walaupun pada masa revolusi fisik 1948, pemerintah masih tetap melanjutkan pemugaran tersebut. Seusai revolusi fisik selesai perhatian mulai dipalingkan ke luar negeri, pemerintah mengajukan bantuan kepada UNESCO dalam tahun 1955  secara bersamaan pula Borobudur didatangi oleh ahli dari Belgia, Prof. Dr. C. Coremans, dari hasil penelitian-nya juga memperkuat ancaman-ancaman yang ada pada candi seperti; lokasi yang terdapat pada jangkauan gempa, rawannya pondasi, dsb. Hingga pada tahun 1960 diberitakan bahwa Candi Borobudur dalam keadaan gawat.[1]
Â