Mohon tunggu...
Dzulfikkar Nur Riaab
Dzulfikkar Nur Riaab Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Borobudur Tak Lekang oleh Zaman

16 Desember 2022   23:05 Diperbarui: 16 Desember 2022   23:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

BOROBUDUR

            Candi Borobudur merupakan candi yang dibangun pada masa Dinasti Sailendra pada masa 780-840 Masehi dapat dikatakan pula bahwa candi Borobudur adalah peninggalan Budha terbesar di dunia. Situs ini pertama kali ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 yang pada saat itu dipimpin oleh Sir Thomas Stanford Raffles. Namun apabila dibandingakan dengan fungsinya sebagai Tempat pemujaan Budha, dapat dikatakan bahwa waktunya relative singkat yaitu hanya sekitar 150 Tahun saja,[1] dikatakan demikian karena apabila dihitung dari awal mula proses pembangunannya dari  pekerja yang menghias bukit Borobudur dengan batu-batu di bawah kekuasaan raja Smaratungga  kerajaan Sailendra. Dinasti Sailendra berakhir sekitar tahun 800-an masehi. 

Karena terjadinya Gempa dan Tanah longsor menyebabkan terjadinya Malapetaka bagi candi Borobudur, Borobudur ditenggelamkan oleh timbunan tanah, waktu tertimbunnya Borobudur dapat dikatakan cukup lama sampai cukup untuk tanah yang menimbunnya menumbuhkan rerimbunan yang kian melebat, hingga menjelang tahun 1814-an Borobudur muncul dalam permukaan ilmu pengetahuan yang dibawakan oleh Sir Thomas Stanford Raffles Letjen Inggris (1811- 1816), beliau menugaskan insiyur untuk melakukan penyelidikan terhadap Borobudur, 200 orang melakukan penebangan, membakar semak-semak, dan menggali tanah pada sekitar area yang mengubur candi Borobudur. Pada tahun 1835 Borobudur mulai menampakan diri diatas bukit namun dalam kondisi kaki-kakinya yang masih tertimbun oleh tanah, hingga pada tahun sekitar 1890-1891 M kaki-kaki dari Borobudur akhirnya dibuka dan panel-panel pada relilef Borobudur yang terpendam  tersebut akhirnya terlihat.

            Sebagai peninggalan budaya yang didirakan pada masa kejayaan agama Budha Mahayana yaitu pada Abad IX, struktur  bangunan ini menggambarkan tentang lintasan kehidupan yang ditempuh oleh setiap individu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan Tempat Ziarah sehingga pada ukiran-ukiran relief yang terdapat di dinding-dinding candi Borobudur berisi petunjuk ajaran dari sang Budha Gautama melalui gambaran kehidupan-nya agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan kebijaksanaan, Namun dibalik kokohnya Borobudur pada masa kini pada masa lampau Borobudur sempat mengalami masa gawat yang hampir menjadi akhir dari Borobudur.

Re-Kontruksi Borobudur

            Pemugaran berencana Borobudur tersebut di lakukan untuk pertama kalinya oleh seorang insiyur Belanda, Theodor van Erp, pada awal abad ke-20. Dengan komando langsung dari Van Erp, sseluruh stupa yang tak tertata disusun ulang, jalur jalan yang tidak rata ditata Kembali / di rapikan, dan juga mengembalikan relief-relief pada tempat aslinya.

            Hasil dari proses pemugaran ini memang berhasil mengembalikan kejayaan dari Candi Borobudur, namun dari waktu yang dilaluinya dengan Borobudur menyadarkan van Erp bahwa selama tersembunyi di dalam tanah dan tertutup tumbuh-tumbuhan itu justru malah melindungi Borobudur dari pengaruh iklim, sedangkan beberapa kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan dan melestarikannya secara tidak menyeluruh justru mempercepat dari kehancuran Borobudur sendiri, Seusai dari Perang Dunia ke-2, Ketika Republik Indonesia lahir, Indonesia memperoleh sebuah warisan budaya semesta yang sangat berharga sekaligus sangat rapuh, penelitian-penelitian yang dilakukan pun semakin memperjelas adanya proses pemercepatan kerusakan dari Borobudur itu sendiri.

            Usaha untuk pemugaran situs candi dilakukan sejak awal kemerdekaan walaupun pada masa revolusi fisik 1948, pemerintah masih tetap melanjutkan pemugaran tersebut. Seusai revolusi fisik selesai perhatian mulai dipalingkan ke luar negeri, pemerintah mengajukan bantuan kepada UNESCO dalam tahun 1955  secara bersamaan pula Borobudur didatangi oleh ahli dari Belgia, Prof. Dr. C. Coremans, dari hasil penelitian-nya juga memperkuat ancaman-ancaman yang ada pada candi seperti; lokasi yang terdapat pada jangkauan gempa, rawannya pondasi, dsb. Hingga pada tahun 1960 diberitakan bahwa Candi Borobudur dalam keadaan gawat.[1]

 

            Dalam rencana untuk pemugaran candi terdapat beberapa kendala salah satunya adalah biaya, karena apabila pembongkaran candi telah dijalankan maka tidak dapat untuk berhenti di tengah jalan. Pada tahun 1969 biaya mulai lancar dari program pemerintah REPELITA disusul juga bantuan dari luar terutama UNESCO mulai tiba, pada tahun 1971 diadakan pertemuan Internasional yang berlangsung di Yogyakarta untuk  pemugaran situs warisan budaya ini.

 

Secara garis besar proses pemugaran meliputi :

  • Pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu
  • Pembersihan dan pengawetan kulit batu
  • Pemasangan fondasi/beton bertulang
  • Penyusunan ulang batu-batu yang sudah dibersihkan dan diawetkan

Negara yang turut andil dalam proses pembugaran :

  • Australia                                
  • Belgia
  • Cyprus
  • Prancis
  • Jerman
  • Ghana
  • India
  • Iran
  • Irak
  • Italia
  • Jepang
  • Kuwait
  • Luxemburg
  • Malaysia
  • Mauritius
  • Belanda
  • Selandia Baru
  • Nigeria
  • Pakistan
  • Philiphina
  • Qatar
  • Singapura
  • Spanyol
  • Switzerland
  • Thailand
  • Inggris
  • Tanzania

Demikianlah pemugaran Candi Borobudur dimaskudkan agar bukti kebesaran bangsa dapat turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga tidak hanya dalam wujud cerita namun juga dalam bentuk yang nyata.

Struktur Bangunan

            Borobudur yang merupakan peninggalan agama Budha dibangun dengan gaya Mandala, Struktunya jika dilihat dari luar hingga ke dalam terbagi menjadi dua bagian, pada bagian pertama adalah bagian alam dunia yang terbagi menjadi tiga zona di bagian luar, dan alam Nirwana di bagian pusat.[1]

 

1.Kamadhatu

 

            Pada area KAMADHATU memberikan gambaran mengenai dunia yang sedang dijalani oleh manusia yang tak luput dari kesalahan dan dosa.

 

Kamadhatu teridiri dari 160 relief yang menjelaskan karmawibhannga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Pada area Kamadhatu relief-nya kebanyakan menggambarkan perihal nafsu dan dosa dari manusia, seperti tentang pencurian,pemerkosaan dan lain-lain

 

 2. Rupadhatu

 

            Pada area Rupdhatu seolah menggambarkan tentang kehidupan yang mana alamnya adalah fase transisi dari terlepasnya Manusia dari urusan duniawi-nya

 

Pada area Rupadhatu memliki relief pada setiap batu dan patung buddha. Terhitung terdapat 328 patung buddha diarea tersebut yang juga memiliki hiasan relief pada ukirannya.

 

Menurut manuskrip Sansekerta pada bagian ini terdapat 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel mengitari Candi.

 

 3 . Arupadhatu 

 

            Arupadhatu  pada area ini (Arupadhatu) seolah menggambarkan tentang kehidupan di alam akhirat/rumah dari tuhan tempat kembalinya seluruh manusia

 

Arupadhatu terdiri dari tiga serambi yang menyerupai seperti prisma segi lima dengan kubah diatas sebagai pusatnya, pada bagian ini tidak ada ornament ataupun hiasan yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi dari seorang insan.

 

Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengaraha ke bagian luar candi. Di area Arupadhatu terdapat 72 Stupa yang mengitari seluruh bagiannya, stupa terbesar yang berada ditengah area Arupadhatu memiliki tinggi 42m diatas tanah dengan diameter 9.9m. Berbeda dengan stupa yang mengelilinginya, justru stupa yang berada di pusat kosong (tidak berisi), ada yang berpendapat bahwa stupa ini memang kosong, ada pula yang berpendapat bahwa stupa ini sebelumnya ada isinya

 

 

 

 

Penutup

 

Borobudur adalah lambang dari kebudayaan yang ada pada Indonesia, sejarah panjang yang telah dilalui oleh Candi Borobudur dan pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari-nya, harapan dari pemugaran candi tersebut bukanlah apa namun sebagi bukti fisik peninggalan budaya dan diharapkan bagi kita untuk dapat menjaga nilai-nilai budaya luhur yang tertinggal didalamnya. 

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun