Kekurangan:
- Membutuhkan ruangan yang luas untuk meja dan kursi, Gontor membangun dapur 2 tingkat sedangkan Daarunnajah mengkosongkan lantai pertama tiap asrama untuk dijadikan dapur
- Membutuhkan waktu yang lebih lama, karena sistem antrian ini setiap orang minimal membutuhkan waktu 2 menit untuk mendapat jatah makan, maka apabila pos pembagian sedikit bisa dipastikan waktu akan sangat lama.
- Membutuhkan orang yang lebih banyak, setiap pos minimal membutuhkan 2 orang pembagi, pertama nasi yang kedua lauk pauk, maka kalau pembagi mengandalkan karyawan, maka cost untuk honor pasti akan membengkak, maka disarankan untuk pembagi ini dikaryakan pada santri sebagai pendidikan
- Menu makanan sangat sederhana, bahkan yang dirasakan penulis, setiap pagi menu hanya nasi, sambal dan kerupuk.
3. Catering
Sistem makan yang ketika ini yang sedang jadi trend di sekolah-sekolah Boarding School bahkan tidak jarang pesantren membuat unit usaha tersendiri untuk mengurus makan santri.
Kelebihan:
- tidak memerlukan tempat yang luas bahkan teras asrama bisa digunakan, ini karena biasanya makanan catering sudah dimasukan kedalam box makanan ataupun tempat-tempat terpisah
- menu makanan lebih baik dibandingkan menu dapur umum karena harganya pun berbeda jauh
- dapat menjadi sumber pemasukan yang besar bagi pesantren untuk kelancaran operasional.
- waktu lebih sedikit karena santri sudah langsung dapat jatahnya masing-masing
- tidak perlu orang yang banyak, hanya bagian masak dan pengiriman
Kekurangan:
- harga jauh lebih mahal dibandingkan dapur umum, kisaran tahun ini mulai Rp.800.000(3x sehari,Rp.8.800an) sampai Rp.1jutaan atau bahkan lebih, karena ada beberapa boarding yang tidak mencantumkan uang makan(semua disatukan biaya bulanan), maka jangan heran beberapa sekolah boarding biaya bulanan cenderung tinggi.
- menu kadang tidak sesuai harapan sehingga sering dijadikan bahan komplain orangtua maupun santri, mungkin karena merasa sudah membayar jumlah yang tidak sedikit sehingga ekspektasinya pun tinggi.
- tidak ada pendidikan antri, santri biasanya makan bersamaan karena sudah punya jatah masing-masing
- sulit mengambilkan santri yang sakit, apabila ada santri yang sakit, maka dibutuhkan sistem yang kuat berkenaan dengan pelaporan pada pihak catering agar santri yang sakit dipisahkan.
Itulah beberapa sistem makan di pesantren yang penulis teliti, tetapi bila ditanya lebih memilih yang mana yang cocok diterapkan di boarding school, maka penulis akan memilih sistem yang kedua dengan alasan:
- meminimalisir komplain orangtua, artinya membangun nama baik pesantren ke arah lebih baik
- santri belajar hidup sederhana untuk mengikis jiwa-jiwa manja ketika dirumah
- Pesantren tetap bisa membangun unit usaha yaitu warung makan dan warung lauk pauk sebagai sumber pemasukan
- sistem ini sudah digunakan pesantren yang usianya sudah puluhan tahun, dan memiliki nama besar, artinya mereka sudah merasakan asam garam pengalaman, kenapa tidak kita meniru mereka tanpa harus merasakan asam garam yang pernah mereka alami.
terakhir, tidak ada sistem makan yang salah, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan, artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada para pengelola pesantren ingin sistem makan yang mana yang cocok diadaptasi.
Sumber Gambar:Â
gontor.ac.id