Mohon tunggu...
Dzulfikri Al Mutawadli
Dzulfikri Al Mutawadli Mohon Tunggu... GURU -

Guru Bahasa Inggris SMA Khadimul Ummah Daarut Tauhiid Eco Pesantren, Lulusan Pesantren yang belajar mengelola Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Seandainya Tak Ada Internet, Keutamaan Menghafal Ilmu

2 Mei 2016   15:10 Diperbarui: 2 Mei 2016   15:30 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seandanya tanpa internet cope-blogger.blogspot.com

Zaman teknologi, sebuah nama yang sering disematkan pada zaman ini, dengan teknologi informasi yang meningkat pesat,/ hanya dari sebuah benda kecil yaitu handphone dan koneksi internet, kita bisa memiliki catatan informasi dan pengetahuan yang mungkin kalau pengetahuan itu dijadikan kumpulan buku, luasnya lebih besar dari perpustakaan manapun di dunia// ditambah untuk mencari pengetahuanpun hanya tinggal mengetik kata kunci yang ingin kita cari, berbeda kalau mencari di perpustakaan yang harus berjalan-jalan mencari rak yang memuat tema yang sesuai.

Sayangnya, kemajuan zaman ini masih menjadikan kaum muslimin sebagai pengguna, dan kaum kafirlah yang menciptakan, kemudahan teknologi itu malah melenakan kaum muslimin, sehingga kita tidak menghargai ilmu dan malas untuk menghafal, karena merasa kita tinggal membuka ilmu yang kita perlukan, padahal ulama zaman dulu sangat banyak hafalan dan menghafalkan ilmu-ilmu yang dipelajari.

Dalam Sejarah Islam, di masa-masa awal sahabat, tabi’in, hingga zaman kekhalifahan turki utsmani yang menjadi awal pelajaran anak-anaknya adalah menghafal, yaitu menghafal Al Qur’an, Ilmuan besar seperti Ibnu sina, Azzahrawi, Alfarabi, Alkindi hafal alqur’an di usia dibawah 10 tahun, Penakluk konstantinopel hafal al qur’an di usia 7 tahun.

Sejarah ini hilang atau bahkan sengaja dihilangkan agar generasi penerus jauh dari agamanya, ditambah teori pendidikan yang berasal dari barat mengatakan bahwa menghafal pada usia dini tidak ramah otak.

Imam Ibnu Jauzi, Ulama besar pada zamannya dari kota Baghdad yang hidup pada zaman 508-597 H (1087 -1176M) menulis sebuah kitab berjudul “al hatsu ala hifdzil ilmi’ atau ‘Kewajiban/ Anjuran Menghafal Ilmu’ di muqodimah buku tersebut,  diterjemahkan oleh Ust Budi Ashari dalam kajiannya:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengkhususkan ummat ini menghafalkan Al-Quran dan Ilmu, Orang-orang sebelum umat ini membaca buku-bukunya dan tidak sanggup untuk menghafal”

Dari pembukaan ini dapat disimpulkan Allah mengistimewakankan ummat ini untuk dapat menghafal, saking langkanya orang menghafal, kembali beliau menuliskan

“dan ketika Uzair membaca taurat dari hafalannya, mereka berkata, Ini Anak Allah, maka bagaimana kita tidak bersyukur ketika anak usia tujuh tahun sudah menghafal Al Qur’an”

Bagaimana anak 7 tahun sudah hafal al qur’an di tahun bahkan barat belum menemukan teori pendidikannya. Bahkan sekarang sedang ramai diperbincangkan tentang Musa, seorang anak yang sudah hafal 30 juz dan mendapat berbagai macam prestasi di tingkat Internasional.

Kemudian beliau melanjutkan

“dan tidak ada umat-umat sebelum kita yang menghafalkan perkataan dan perbuatan nabinya hingga sampai pada kita dan kita bisa mempercayainya, sesungguhnya ini karena diriwayatkan hingga nenek moyang dulu dan dan dilihat kejujuran yang menyampaikannya hingga sampai pada Rasulullah”

Ini menujukan bagaimana hati-hatinya ulama terdahulu memilih perkataan dan perbuatan rasulullah, hadits-hadits tersebut tidak mungkin sampai ke telinga kita bila perawinya tidak hafal hadits tersebut, padahal zaman terpaut 14 abad dari zaman Rasul hidup, kemudian beliau melanjutkan kembali.

“Ini adalah kenikmatan besar dari Allah yang harus kita jaga, kita harus menjaganya dengan terus mempelajarinya, orang-orang terdahulu sebelum kita banyak yang menghafal ilmu dan berbagai hal, kemudian semakin lama banyak yang lari dari menghafal karena mereka malas, dan ketika mereka memerlukan ilmu itu, mereka sudah tidak sanggup lagi karena mereka malas menghafal. dan saya memperhatikan mereka yang sedang belajar mengulangi pelajaran dua atau tiga kali, maka setelah dua hari berlalu, lupalah mereka. Kemudian bila mereka membahas hal tersebut dalam pembicaraan/ perdebatan mereka tidak sanggup untuk menyampaikan ilmu tersebut.

Disini bisa kita lihat, bahkan setelah 1000 tahun berlalu, kita masih melihat kasus seperti ini disekitar kita, kemudian beliau memberi nasehat

“Maka dibutuhkan untuk menghafal dahulu walaupun akan lelah pada awalnya, dan hafalan itu harus betul-betul baik. Maka ketika saya(ibnu jauzi) melihat para pelajar malas untuk menuntut ilmu, maka saya tulislah tulisan ini.”

Dari tulisan diatas, sesungguhnya menghafal adalah Sunnah Rasul, sebagaimana hadits beliau tentang meninggalkan 2 perkara yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.

Al Qur’an dan hadits tidak akan kita kuasai kecuali dengan menghafalnya

Kita bisa melihat keresahan Imam Ibnu Jauzi melihat pelajar-pelajar di masa itu yang mulai malas menghafalkan ilmu,/ mungkin beliau lebih resah lagi ketika melihat generasi masa kini yang bukan hanya terjangkiti rasa malas, tetapi disuguhi berbagai godaan dan kemudahan untuk melihat ilmu.

Tanpa kita sadari, zaman teknologi ini membuat otak kita tumpul karena jarang menghafal, dan membuat kita terlalu bergantung pada benda-benda sekitar, buku, kertas, smartphone, internet.kita lihat

Pelajar yang mengerjakan tugas hanya copy paste dari internet.

Mahasiswa yang membuat skripsi 80% isinya hasil meniru dari skripsi kakak kelasnya,

Guru yang mengajar sambil melihat buku pelajarannya

Para pejabat yang berbicara sambil membaca kertas yang mungkin orang lain yang membuat

Para Pendakwah yang berdakwah sambil melihat smartphone nya

Bisakah kita membayangkan? Bagaimana bila semua teknologi ini musnah, dan buku-buku terbakar habis, akankan pelajar dapat mengerjakan tugasnya, akankan mahasiswa menyelesaikan skripsinya, akankah guru akan baik mengajarnya, akankah pejabat memukau tutur katanya, akankah pendakwah terlihat luas ilmu agamanya?

Mari kita mulai menghafal ilmu dari Al Qur’an, Alhadits, dan ilmu-ilmu lainnya

Oleh: Dzulfikri Al Mutawadli

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun