Mohon tunggu...
Dzulfikri Al Mutawadli
Dzulfikri Al Mutawadli Mohon Tunggu... GURU -

Guru Bahasa Inggris SMA Khadimul Ummah Daarut Tauhiid Eco Pesantren, Lulusan Pesantren yang belajar mengelola Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biasa [Bukan Hanya] Harus Dipaksa

1 Mei 2016   01:12 Diperbarui: 1 Mei 2016   02:00 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi

Mungkin istilah ‘Dipaksa untuk Biasa’ lebih dikenal di Pondok Pesantren, khususnya Pondok Modern Darussalam Gontor seperti yang dirasakan penulis. Tetapi, penulis kurang setuju dengan istilah di atas, karena tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah.

Kita ambil contoh di pondok dalam masalah shalat tepat waktu dan shalat berjama’ah. Anggota, Ketika adzan dikumandangkan mereka langsung digiring oleh mudabirnya untuk wudlu, ganti baju, kemudian shalat berjama’ah. Kalau seandainya para anggota didasari paksaan untuk melakukan shalat tepat waktu dan shalat berjama’ah, maka perbuatan itu akan dipengaruhi 2 faktor:

Paksaan mudabir(senior)nya, disebut paksaan karena kalau tidak dilakukan maka anggota akan mendapatkan hukuman kecuali alasan yang masuk akal.
 Lingkungan sekitarnya, karena paksaan mudabir itu semua anggota melakukannya jadi kalau seandainya ada satu orang tidak melakukan sama seperti anggota lain maka dia akan merasa tidak enak dan tekanan mental.

Jadi kalau seandainya dua faktor diatas salah satunya tidak ada, atau kedua-duanya tidak ada, bisa dipastikan seseorang tidak akan melakukan perbuatan tersebut.

Jika paksaan mudabir tidak ada Seseorang berada di sebuah lingkungan yang semua orangnya shalat tepat waktu dan berjamaah, tapi tidak ada paksaan mudabirnya, maka dia hanya akan berdiam diri dan tidak ikut yang lainnya. Jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung

Lingkungannya tidak ada yang shalat berjama’ah dan tepat waktu, walaupun ada satu orang yang memperingatkan, maka yang terjadi orang yang memperingatkan itu mungkin hanya dianggap radio rusak. Jika paksaan mudabir dan lingkungan sekitar tidak mendukung Salah satu tidak ada saja sudah sangat mustahil untuk mengerjakannya, apalagi kalau dua-duanya tidak ada.

Kesimpulan dari semua ini dalam menciptakan kebiasaan tidak hanya bisa dilakukan dengan paksaan, tetapi juga harus dengan kesadaran yang tinggi.

Untuk menumbuhkan kesadaran itu dibutuhkan motivasi-motivasi secara berkala, atau bisa saja dengan paksaan diawalnya, yang awalnya dipaksa secara terus-menerus, akan timbul kesadaran dalam melakukannya, sehingga terciptalah kebiasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun