Mohon tunggu...
Dzulfalah
Dzulfalah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa pendidikan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Grand Hotel de Djokja dari Masa Kolonial Hingga Sekarang

28 Desember 2022   01:24 Diperbarui: 28 Desember 2022   01:26 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Depan Hotel Grand Inna Malioboro Sumber: Dokumen Pribadi pada Oktober 2022

Pada 1975 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1975 25 Tahun 1975, Hotel Garuda menjadi Badan Usaha Milik Negara. Pergantian pengelola ini diikuti dengan renovasi hotel dan peningkatan level dari hotel berbintang satu menjadi hotel berbintang empat.

Pembukaan Hotel kembali dilakukan pada 29 Juni 1985, oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 1987 secara resmi Natour Garuda diresmikan oleh pemerintah melalui Depparpostel sebagai Hotel berkategori bintang empat.

Dalam perkembangan selanjutnya, PT. Natour bergabung dengan PT. Hotel Indonesia International menjadikan PT. Hotel Alam Indonesia. Nama komersial INNA digunakan setelah kegiatan merger ini.

Pada 15 Maret 2017, nama Inna Garuda kembali diubah menjadi Grand Inna Malioboro. Nama ini digunakan hingga saat ini. Bangunan Hotel Grand Inna Malioboro telah ditetapkan sebagai cagar budaya dengan Per.Men Budpar RI No. PM.89/PW.007/MKP/2011. Hotel Grand Inna Garuda mengalami pergantian nama beberapa kali mulai dari Grand Hotel de Djokja, Hotel Asahi, Hotel Merdeka, dan sekarang menjadi Hotel Grand Inna Yogyakarta di bawah Hotel Indonesia Group (HII). Hotel Grand Inna Yogyakarta masih mempertahankan keaslian dari bangunan di beberapa bagian seperti area lobby, sayap kanan dan sayap kiri hotel, serta air mancur. Namun untuk bagian dalam hotel yang lain sudah mengalami perubahan untuk mengikuti perkembangan zaman.

Meskipun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, Grand Hotel de Djokja dengan arsitektur Belanda ini tentunya memiliki tantangan untuk mempertahankan status bangunan sebagai warisan budaya. Pihak manajemen hotel selalu melakukan pemeliharaan, yaitu upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Warisan Budaya tetap lestari dan terjaga kondisi aslinya. Kemudian untuk kondisi-kondisi tertentu, pihak hotel melakukan pemugaran, yaitu upaya pengembalian kondisi fisik Benda Warisan Budaya, Bangunan Warisan Budaya, dan Struktur Warisan Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

Pengelola hotel tetap melakukan pengembangan, yaitu peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi warisan budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Hal tersebut dilakukan dengan strategi adaptasi, yaitu upaya pengembangan warisan budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Selain itu, pihak manajemen hotel juga melakukan pengamanan yang cukup ketat dengan upaya menjaga dan mencegah warisan budaya ini dari ancaman dan gangguan yang dapat merusak nilai dari bangunan.

Berkaca pada apa yang membawa Grand Hotel de Djokja menjadi cagar budaya pada saat ini penulis melihat bahwa nilai historis merupakan salah satu nilai terpenting dari berdirinya Hotel Grand Inna Malioboro yang masih ada dan beroperasi hingga saat ini. Dengan dijadikannya sebagai bangunan cagar budaya, memberikan sebuah tanggung jawab bagi kita semua sebagai masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya. Dengan mengetahui nilai yang dimiliki oleh Hotel Grand Inna Malioboro, mampu memberikan perspektif kepada masyarakat bahwa dengan penjagaan dan pengelolaan yang baik, bangunan yang sudah tua akan tetap memberikan eksistensi dan estetika yang tinggi.

Depan Hotel Grand Inna Malioboro Sumber: Dokumen Pribadi pada Oktober 2022
Depan Hotel Grand Inna Malioboro Sumber: Dokumen Pribadi pada Oktober 2022

SUMBER : 

Ahmad Syarifudin (2018). "Renovasi Hotel Grand Inna Malioboro, Padukan Konsep Modern,Sejarah dan Kolonial." Tribunnews Yogyakarta, 10 Desember 2018, diakses 14 desember 2022

Antara (1990). "Hotel Garuda Yogya Tambah 120 Kamar." Bali Post, 20 januari 1990

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun