Mohon tunggu...
Dzikrina Khoirun Nida
Dzikrina Khoirun Nida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Bukan Tempat Belajar

6 Juli 2023   14:21 Diperbarui: 6 Juli 2023   14:24 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Oleh: Sarah Nadzira


Saat ini, anak sekolah sudah mulai kehilangan jati dirinya. Mereka yang
seharusnya mulai menemukan sosok sejati dari dirinya, tapi malah terpaksa harus
memendam jati diri karena mengikuti sebuah kewajaran. Semua anak dipaksa sama agar
terlihat sebagai anak yang normal.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terikat dengan sistem. Hal
ini yang mengharuskan sekolah menyamaratakan semua siswanya. Anak yang berbeda
justru akan dicap sebagai anak yang aneh. Hal ini menyebabkan anak akan kesulitan
dalam memahami pembelajaran.
Syarat utama sekolah menurut Ki Hajar Dewantara adalah harus menyenangkan,
minimal sekolah menjadi satu di antara tempat yang selalu dirindukan oleh siswanya,
bukan menjadi tempat yang membuat siswanya merasa terpenjara.
Membatasi aktivitas siswa ketika di sekolah merupakan suatu perbuatan
menghilangkan tempat bermain anak. Karena justru sekolah merupakan tempat di mana
anak-anak bisa berkembang melalui interaksi dengan teman-temannya. Dalam aktivitas
bermain mereka tentu terdapat interaksi yang dapat menguatkan rasa pertemanan, rasa
memiliki, dan rasa menghargai antar teman.
Teori multiple intelligence merupakan salah satu teori yang cukup terkenal. Teori
ini menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan atau kemampuan yang berbeda
dan bukan hanya dalam satu bidang saja. Dalam teori ini, terdapat sekitar 8 kecerdasan
yang dapat dimiliki anak.
Gaya belajar siswa akan mempengaruhi bagaimana mereka dapat menyerap ilmu
pengetahuan dengan baik. Dengan sistem pendidikan yang terkesan memaksa siswa harus 

sama rata, seharusnya pendidik lebih mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam

mendidik siswa. Bukan malah menyamakan antara satu siswa dengan yang lainnya.

Standarisasi kepintaran seorang anak sekolah di Indonesia adalah mendapat

peringkat 1, 2, 3 dan seterusnya. Jika nilai mereka bagus semua, maka mereka termasuk

dalam kelompok siswa pintar. Dan sebaliknya, jika nilai mereka rata-rata kurang bagus

maka mereka dikelompokkan sebagai siswa bodoh. Kita harus menyadari bahwasannya

kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda. Oleh karena itu, sistem pendidikan saat

ini terkesan memaksa siswa harus mampu dalam segala bidang.

Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia memang didesain sebagai wadah bagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun