Mohon tunggu...
Dzikri Faizziyan
Dzikri Faizziyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - The cosmos is within us. We are a way for the universe to know itself.

I love writing as much as i love reading. My one and only standard of morality is individual liberty.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Titik Biru Pucat di Lautan Kosmik

9 Oktober 2021   14:17 Diperbarui: 9 Oktober 2021   14:36 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto : solarsystem.nasa.gov) 

Coba kita semua lihat pada gambar di atas, apakah kalian melihat adanya suatu titik kecil yang berwarna biru pucat disana? 

Jika iya, itulah Bumi, itulah yang kita sebut sebagai rumah.

Gambar di atas diambil oleh Voyager 1 pada tanggal 17 February 1990, dari jarak sekitar 3.7 miliar mil (6 miliar kilometer) atau sekitar 40 Astronomical Unit (AU).

Dari jarak sejauh ini, mungkin Bumi tidak lagi terlihat penting. Namun bagi kita, lain lagi ceritanya. 

Coba kalian tatap lagi titik itu. Titik itulah yang dinamai sebagai rumah. dan Itulah kita. Di satu titik itu semua orang yang kamu cintai, semua orang yang kamu kenal, semua orang yang pernah kamu dengar namanya, semua manusia yang pernah ada, menghabiskan hidup mereka. 

Segenap kebahagiaan dan penderitaan, ribuan agama, pemikiran, dan doktrin ekonomi yang merasa benar, setiap pemburu dan pengumpul, setiap pahlawan dan pengecut, setiap pembangun dan pemusnah peradaban, setiap raja dan petani, setiap pasangan muda yang jatuh cinta, setiap ibu dan ayah, setiap anak yang bercita-cita tinggi, setiap penemu dan penjelajah, setiap pengajar kebaikan, setiap politisi busuk, setiap "bintang pujaan", setiap "pemimpin besar", setiap orang suci dan pendosa sepanjang sejarah spesies manusia hidup di sana, di atas setitik debu yang melayang-layang dalam lautan kosmik. 

Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara, di sebagian kecil dari titik itu. Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang yang berada di titik ini. Betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka. 

Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. 

Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam semesta yang besar dan gelap. Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, apakah masih berpikir bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain yang sangat misterius untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.

Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal. 

Ada yang bisa kita kunjungi, tetapi belum ada yang bisa kita tinggali. Suka atau tidak, untuk saat ini, Bumi adalah satu-satunya tempat kita hidup. Sering dikatakan bahwa astronomi adalah sebuah pengalaman yang menumbuhkan kerendahan hati dan membangun kepribadian. 

Mungkin tak ada yang dapat menunjukkan laknatnya kesombongan manusia secara lebih baik selain citra dunia kita yang mungil ini. 

Bagiku, gambar ini mempertegas tanggung jawab kita untuk bertindak lebih baik terhadap satu sama lain, dan menjaga serta merawat sang titik biru pucat, yang satu-satunya adalah rumah yang kita kenal selama ini.

Dalam konteks alam semesta kita memanglah sangat kecil, kita mungkin hanya orang kecil yang tinggal dalam sebutir debu yang mengambang dalam keluasan yang mengejutkan, planet kita adalah salah satu titik kecil yang berada pada lautan kosmik yang tidak lebih besar dari butiran debu yang terhembus di alam semesta. Tetapi selalu ingat, bahwa pikiran kita tidak pernah kecil, bahkan luasnya alam semesta ini adalah murni hasil dari pikiran kita. 

Jadi kepada semua orang yang sedang sedih, depresi, bahkan tidak menemukan suatu makna dalam kehidupan. 

Coba dipikir, dalam sejarah alam semesta, kita itu adalah produk evolusi dari 3,8 milyar tahun yang lalu, masa hanya gara-gara sedang sedih, banyak pikiran, gak punya tujuan hidup atau bahkan karena cintanya ditolak, kita harus menyerah begitu saja. 

Ayolah terus bergerak, dan selalu ingat bahwa kita adalah spesies juara. Kita adalah pemenang dari perlombaan spesies hominid yang pernah hidup di planet ini. 

Ingatlah untuk selalu melihat ke atas, pada bintang-bintang, dan bukan ke bawah pada kakimu, cobalah pahami apa yang kita lihat, pelajari apa yang kita ingin coba, tanyakan apa yang kita bingungkan terkait alam semesta ini ada dan tercipta. 

Be Curious, Milikilah rasa ingin tahu, karena betapa pun sulitnya kehidupan, pasti akan ada sesuatu yang akan kita lakukan dan kita sukseskan. Ini penting agar kita tidak mudah menyerah begitu saja.

Dunia membutuhkan berbagai macam orang dengan keterampilan, tetapi setiap orang harus coba terbiasa dan percaya diri terhadap sains, meskipun apapun yang mereka pilih untuk lakukan. Mereka harus melek secara ilmiah, terinspirasi dan terlibat atas perkembangan sains dan teknologi untuk mempelajari berbagai macam banyak hal.

Bebaskanlah imajinasi dan mulailah membentuk masa depan.

Terima Kasih.

-

Ref:

Sagan, Carl. 2021. Pale Blue Dot. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun