Oleh:Syamsul Yakin dan Muhammad Dzikri Al Wafaa
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sekitar tiga puluh tiga tahun diperlukan Nabi untuk berdakwah: tiga belas tahun di Mekah, sepuluh tahun di Madinah. Ayat yang turun untuk masyarakat Mekah adalah "Yaa Ayyuhan Naas", yang berarti seruan kepada semua orang. Di Madinah, itu adalah "Yaa Ayyuhal Ladzina Aamanuu", yang berarti seruan kepada semua orang beriman. Ini pasti bagian dari strategi dakwah Nabi yang didasarkan pada al-Qur'an.
Akidah atau tauhid adalah topik utama dalam dakwah. Nabi pertama-tama mengajak orang Mekah untuk mengesakan Allah, menyingkirkan politeisme dan paganisme Abab. Ini jelas kiat yang berhasil. Akidah adalah dasar, seperti bangunan. Syariah mirip dengan dinding, dan akhlak mirip dengan genteng.
Berbeda dengan di Madinah, pesan dakwah tentang akidah, syariah, dan akhlak diterapkan pada era ini karena fondasi keimanan masyarakat Madinah kuat.Â
Dalam catatan sejarah, umat Islam pertama kali berhaji pada tahun kesembilan hijriyah, dan perintah puasa dan zakat muncul pada tahun kedua hijriyah. Hanya perintah shalat yang diberikan pada tahun keseluluh kenabian, sebelum Nabib hijrah ke Madinah. Semua perintah syariah ini adalah strategi dakwah yang dibangun oleh Allah untuk Nabi.
Selain itu, tahapan dakwah yang dilaksanakan dapat digunakan untuk memeriksa kiat dakwan Nabi. Pada awalnya, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah hingga akhirnya Allah memerintahkannya untuk berdakwah secara terbuka. Lagi-lagi, nasihat dakwah ini diterima dengan baik.
Ketika Nabi hijrah ke Madinah, kiat dakwahnya berubah. Di Madinah, pertama kali Nabi membangun masjid adalah Masjid Quba pada tahun pertama hijriyah atau 622 Masehi. Setelah membangun masjid ini, taktik atau strategi dakwah Nabi berikutnya adalah membuat perjanjian dengan orang Yahudi yang tinggal di Madinah sebelum Nabi.
Kaum Muhajirin dan Anshar adalah dua kelompok yang bergabung dengan Nabi untuk mendukung dakwahnya setelah menggunakan kedua strategi itu. Membangun pasar adalah strategi terakhir Nabi untuk memastikan bahwa ekonomi berjalan dengan baik. Karena Mekah dikenal sebagai kota merkantilis, orang-orang Mekah juga dikenal pandai berdagang.
Kaum Anshar di Madinah terkenal karena keterampilan pertanian mereka, berbeda dengan kaum Muhajirin di Mekah yang mahir dalam perdagangan. Madinah adalah kota agraris. Berikutnya, kedua organisasi ini berbagi keahlian satu sama lain. Faktor ekonomi adalah salah satu yang membantu dakwah Nabi berkembang di Madinah.
Secara praktis, kiat dakwah Nabi dapat dipelajari dari kitab-kitab hadits dan buku-buku tentang perjuangan Nabi. Sifat-sifat Nabi yang empat, yaitu sidik, amanah, fathonah, dan tablig, mencerminkan kiat dakwah nabi .