Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Euforia Piala Dunia Qatar di Bawah Tekanan Toleransi Barat

20 November 2022   17:33 Diperbarui: 20 November 2022   17:41 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tinggal menunggu beberapa jam lagi, perhelatan sepak bola terbesar di dunia akan segera dimulai. Qatar, sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 siap membuka acara tersebut dengan serangkaian acara spektakuler. Tuan rumah yang berada di wilayah Timur Tengah itu telah mempersiapkan sejak 12 tahun lalu, tepat ketika FIFA secara resmi menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 pada tahun 2010.

Beberepa stadion dibangun khusus untuk perhelatan 4 tahunan itu. Stadion Al Bayt, salah satu stadion terbesar kedua di Qatar telah disiapkan untuk menjadi tempat opening ceremony pada Minggu malam, sekitar pukul. 21.45 WIB. Qatar akan menunjuan kepada dunia bahwa negaranya mampu menyelenggarakan event internasional dengan sungguh-sungguh. Sejumah artis top dunia siap mengisi kemeriahan tersebut, mulai dari The Black Eyed, Nora Fatehi, hingga K-Kop BTS dan Jungkook.

Selepas opening ceremony, acara langsung disusul dengan pertandingan pembuka yang berada di Grup A. Qatar, sebagai tuan rumah yang tergabung dalam Grup A akan menjadi tim pembuka di Piala Dunia 2022 melawan tim asal Amerika Latin, Ekuador. Stadion Al Bayt yang memiliki kapasitas 60.000 penton tersebut akan menjadi saksi sejarah sepak bola dunia.

Pada malam nanti, langit Qatar akan benar-benar cerah dengan kilauan cahaya lampu dan kembang api. Sejumlah penonton baik dalam maupun luar negeri telah hadir di Qatar beberpa hari yang lalu. Ribuan orang akan berkumpul di sana menyambut pesta sepak bola terbesar di dunia. Jutaan mata akan tertuju ke sana. Tidak ketinggalan, sejumlah stasiun televisi di dunia akan menyiarkanya secara langsung.

Menjadi tuan rumah event internasional tentu memiliki tantangan tersendiri, terlebih Qatar merupakan Negara Timur Tengah pertama yang menjadi tuan rumah. 

Beberapa kontroversi yang hangat telah diangkat. Sejumlah isu kemudian bermunculan ke public setelah 12 tahun penetapan Qatar sebagai tuan rumah, beberapa diantaranya mengenai hak asasi manusia dan kebudayaan yang jauh berbeda dengan beberapa tuan rumah piala dunia sebelumnya. Piala Dunia 2022 akan menjadi warna baru dalam sejarah sepak bola dunia.

Melalui konferensi persnya yang berlangsung pada Sabtu, 19 November 2022 lalu, Presiden FIFA Gianni Infantino seperti mengungkapkan puncak kekesalanya terhadap dunia, terutama orang-orang barat mengenai Qatar. Gianni Infantino seperti geram mendengar beberapa tuduhan yang dilancarkan terhadap Qatar, sehingga ia mengatakan bahwa "West of Hypocrisy". Barat dinilai munafik atas tuduhanya selama ini terhadap Negara muslim itu.

"This one-sided moral lesson is just hypocrisy. I wonder why no-one recognises the progress made here since 2016," ujar Presiden FIFA, Gianni Infantino, dikutip dari BBC.

Pada tahun 2021 lalu, surat kabar Inggris, The Guardian memberitakan bahwa terdapat 6.500 pekerja migram meninggal dunia sejak Qatar ditetapkan sebagai tuan rumah Piala Dunia. 

Namun begitu, Qatar dengan tegas membantahnya, bahwa kematian tersebut tidak memiliki kaitan secara langsung dengan proyek pembangunan Piala Dunia 2022. Qatar mengklaim hanya 37 orang yang meninggal dalam pengerjaan proyek Piala Dunia sejak 2014 hingga 2020, tiga diantaranya terkait langsung dengan pekerjaan.

Selain soal isu kemanusiaan, isu mengenai hak-hak LGBT menjadi sorotan di dunia barat. Kekhawatiran orang-orang barat terhadap perlakuan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Qatar membuat gelombang protes bermuncuan. UK Pride, sebuah kelompok social Inggris yang gencar mengkampanyekan LGBT memprotes aturan mengenai LGBT di Qatar. Pasalnya, para pelaku LGBT di Qatar bisa dikenakan kurungan penjara hingga 3 tahun lamanya.

UK Pride menyerukan untuk memboikot Piala Dunia 2022 dengan tidak menayangkanya di bar. Para pemain pun dituntut untuk turut andil dalam melakukan gelombang protes tersebut. Barat menilai bahwa Qatar terlalu konservatif terhadap perubahan zaman yang telah berkembang di barat, terutama Negara-negara Eropa.

Dengan tegas, duta Piala Dunia Qatar yang juga mantan pemain Timnas Qatar, Khalid Salman mengungkapkan bahwa LGBT merupakan hal yang terlararng. Selain itu, ia menilai bahwa LGBT merupakan dampak dari kerusakan fikiran penganutnya. Hal tersebut jelas bertentangan dengan apa yang ada dalam budaya orang Barat saat ini.

Orang-orang barat tidak hanya keberatan terhadap dua isu yang telah disampaikan sebelumnya, mereka juga keberatan dengan aturan baru mengenai pelarangan minuman alkohol. Jum'at, 18 November 2022, tepat 2 hari sebelum hajat sepak bola dunia digelar, FIFA mengumumkan bahwa tidak ada penjualan alcohol di semua stadion yang dijadikan vanue Piala Dunia.

Namun demikian, pihak penyelenggara memberikan sedikit kelonggaran dengan menyediakan tempat-tempat khusus untuk membeli minuman beralkohol selama Piala Dunia berlangsung. Mereka yang menginginkan alqohol bisa mendatangi tempat khusus yang tersebar di beberapa wilayah.

Atas beberapa kontroversi tersebut, mantan Presiden FIFA, Sepp Baltter yang mengumumkan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 merasa menyesal. Ia mengungkapkan bahwa memilih Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah kesalahan dan pilihan yang buruk.

"World Cup to Qatar was a mistake and a bad choice." (Sky News)

Persoalan LGBT dan alcohol yang ada dalam Piala Dunia 2022 menunjukan indikasi bahwa dunia Barat tidak toleran dengan kebijakan yang ditetapkan Qatar sebagai tuan rumah. Qatar tentu sangat tegas dengan persoalan tersebut, mengingat Negara kecil yang terkenaal dengan kekayaan alamnya itu merupakan Negara dengan mayoritas beragama Islam. Dalam Islam, LGBT dan alcohol adalah hal yang jelas terlarang.

Sebagai tuan rumah, Qatar memiliki hak untuk itu dan mesti dihormati oleh semua masyarakat dunia. Masing-masing Negara memiliki budaya tersendiri yang mesti dihormati. Budaya yang ada di Qatar tentu tidak akan lepas dari nilai-nilai keislaman.

Nampaknya, barat terlalu ego dengan pandanganya, sehingga ia tidak bisa toleran terhadap perbedaan. Sikap tersebut merupakan sebuah anomaly orang-orang barat. Mereka menuntut menghargai perbedaan tetapi tidak siap dengan perbedaan itu sendiri.

Gianni Infantino, selaku Presiden FIFA berusaha bijak dalam melihat perkara ini.  Ia meminta kepada seluruh peserta Piala Dunia dan para penggemar untuk tetap focus pada sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun