Mohon tunggu...
Dzikri Amrullah
Dzikri Amrullah Mohon Tunggu... Administrasi - Selamat Datang

Membaca | Menulis | Olahraga Menulis adalah bekerja untuk keabadian - Pram amrullahdzikri7@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Euforia Piala Dunia Qatar di Bawah Tekanan Toleransi Barat

20 November 2022   17:33 Diperbarui: 20 November 2022   17:41 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain soal isu kemanusiaan, isu mengenai hak-hak LGBT menjadi sorotan di dunia barat. Kekhawatiran orang-orang barat terhadap perlakuan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Qatar membuat gelombang protes bermuncuan. UK Pride, sebuah kelompok social Inggris yang gencar mengkampanyekan LGBT memprotes aturan mengenai LGBT di Qatar. Pasalnya, para pelaku LGBT di Qatar bisa dikenakan kurungan penjara hingga 3 tahun lamanya.

UK Pride menyerukan untuk memboikot Piala Dunia 2022 dengan tidak menayangkanya di bar. Para pemain pun dituntut untuk turut andil dalam melakukan gelombang protes tersebut. Barat menilai bahwa Qatar terlalu konservatif terhadap perubahan zaman yang telah berkembang di barat, terutama Negara-negara Eropa.

Dengan tegas, duta Piala Dunia Qatar yang juga mantan pemain Timnas Qatar, Khalid Salman mengungkapkan bahwa LGBT merupakan hal yang terlararng. Selain itu, ia menilai bahwa LGBT merupakan dampak dari kerusakan fikiran penganutnya. Hal tersebut jelas bertentangan dengan apa yang ada dalam budaya orang Barat saat ini.

Orang-orang barat tidak hanya keberatan terhadap dua isu yang telah disampaikan sebelumnya, mereka juga keberatan dengan aturan baru mengenai pelarangan minuman alkohol. Jum'at, 18 November 2022, tepat 2 hari sebelum hajat sepak bola dunia digelar, FIFA mengumumkan bahwa tidak ada penjualan alcohol di semua stadion yang dijadikan vanue Piala Dunia.

Namun demikian, pihak penyelenggara memberikan sedikit kelonggaran dengan menyediakan tempat-tempat khusus untuk membeli minuman beralkohol selama Piala Dunia berlangsung. Mereka yang menginginkan alqohol bisa mendatangi tempat khusus yang tersebar di beberapa wilayah.

Atas beberapa kontroversi tersebut, mantan Presiden FIFA, Sepp Baltter yang mengumumkan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 merasa menyesal. Ia mengungkapkan bahwa memilih Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah sebuah kesalahan dan pilihan yang buruk.

"World Cup to Qatar was a mistake and a bad choice." (Sky News)

Persoalan LGBT dan alcohol yang ada dalam Piala Dunia 2022 menunjukan indikasi bahwa dunia Barat tidak toleran dengan kebijakan yang ditetapkan Qatar sebagai tuan rumah. Qatar tentu sangat tegas dengan persoalan tersebut, mengingat Negara kecil yang terkenaal dengan kekayaan alamnya itu merupakan Negara dengan mayoritas beragama Islam. Dalam Islam, LGBT dan alcohol adalah hal yang jelas terlarang.

Sebagai tuan rumah, Qatar memiliki hak untuk itu dan mesti dihormati oleh semua masyarakat dunia. Masing-masing Negara memiliki budaya tersendiri yang mesti dihormati. Budaya yang ada di Qatar tentu tidak akan lepas dari nilai-nilai keislaman.

Nampaknya, barat terlalu ego dengan pandanganya, sehingga ia tidak bisa toleran terhadap perbedaan. Sikap tersebut merupakan sebuah anomaly orang-orang barat. Mereka menuntut menghargai perbedaan tetapi tidak siap dengan perbedaan itu sendiri.

Gianni Infantino, selaku Presiden FIFA berusaha bijak dalam melihat perkara ini.  Ia meminta kepada seluruh peserta Piala Dunia dan para penggemar untuk tetap focus pada sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun